Sumber: Bloomberg |
RUSIA. Pemimpin negara dari Brazil, Russia, India dan China setuju untuk mendorong lebih banyak pengaruh dalam institusi finansial global. Hal itu tercuat dalam pertemuan pertama yang bersejarah mereka di Rusia selama dua hari ini. Namun, mereka tidak mengumumkan kebijakan apa yang akan mereka ambil untuk melenturkan reserve mereka sebesar US$ 2,8 triliun.
Hadir dalam pertemuan di Rusia tersebut, Presiden Rusia Dmitry Medvedev, Presiden China Hu Jintao, PM India Manmohan Singh and Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva.
Keempat negara yang disebut BRIC itu meminta emerging economies untuk memiliki suara yang lebih besar dan memiliki perwakilan yang lebih besar lagi dalam institusi finansial internasional. Selain itu, BRIC juga mendesak emerging economies untuk mendiversifikasi sistem moneter global.
Sebelum melangsungkan pertemuan di kota Ural Mountains, Yekaterinburg, penasihat ekonomi presiden Rusia Arkady Dvorkovich mengatakan bahwa empat pemimpin dunia itu akan membincangkan mengenai kebijakan untuk mempromosikan mata uang regional; termasuk menginvestasikan sebagian dari ekstranya dalam setiap obligasi yang mereka punya. Tujuannya, untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.
Atas usulan untuk membenamkan sebagian dana setiap negara untuk obligasi yang masing-masing mereka miliki, Stanislav Ponomarenko, Analis ING Groep NV di Moscow menilai bahwa langkah ini bukanlah sesuatu yang harus segera dilakukan; namun lebih pada arah untuk melangkah.
"Saya tidak berpikir lebih beberapa persen persediaan dana yang ada bisa diinvestasikan kembali untuk obligasi BRIC," katanya.
Pertemuan BRIC selanjutnya akan digelar di Brazil pada tahun 2010. Keempat kepala negara sepakat untuk membicarakan kembali pembenahan sistem finansial global. "Kami telah memberi instruksi pada menteri keuangan, bank sentral dan siapapun yang berminat untuk duduk bersama dan menyiapkan proposal mengenai hal ini," kata Medvedev.
Politisi Masha Lipman dari Carnegie Center di Moscow mengatakan, pertemuan kali ini menunjukkan betapa kuatnya keinginan negara-negara berkembang untuk berperan besar dalam dunia finansial di kancah internasional; terutama disebabkan oleh krisis yang terjadi saat ini.