kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Cacar Monyet Makin Ganas, WHO Bersiap Bunyikan Alarm Level Tertinggi


Kamis, 21 Juli 2022 / 13:58 WIB
Cacar Monyet Makin Ganas, WHO Bersiap Bunyikan Alarm Level Tertinggi
ILUSTRASI. Tabung reaksi berlabel 'Virus cacar monyet positif dan negatif'.


Sumber: The Straits Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai mempertimbangkan apakah wabah cacar monyet sudah bisa digolongkan sebagai ancaman kesehatan global. Kemunculannya di lebih dari 70 negara membuat WHO bersiap membunyikan alarm level tertinggi.

Dilansir dari The Straits Times, saat ini sudah ditemukan hampir 14.000 kasus cacar monyet secara global dan tersebar di berbagai kawasan.

Pada hari Kamis (21/7), WHO akan mengumpulkan kembali komite ahli cacar monyet untuk memutuskan status wabah ini. 

Lonjakan kasus cacar monyet, yang awalnya hanya muncul di negara-negara Afrika Barat dan Tengah, mulai terjadi sejak awal Mei. WHO langsung membentuk komite ahli sebulan kemudian untuk memutuskan apakah cacar monyet bisa digolongkan ke dalam Darurat Kesehatan Masyarakat Kepedulian Internasional (PHEIC).

PHEIC merupakan tingkat siaga tertinggi menurut panduan darurat WHO.

Baca Juga: Ada 6.000 Kasus Cacar Monyet, WHO akan Tetapkan Status Darurat Kesehatan Global

Namun, saat itu mayoritas anggota komite mengatakan kepada kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus bahwa situasinya belum memenuhi ambang batas.

Tapi, saat ini kondisinya sudah jauh berbeda dan mendorong WHO mengadakan pertemuan komite untuk yang kedua kalinya. WHO bahkan melaporkan bahwa cacar monyet telah berhasil masuk ke 6 negara baru dalam seminggu terakhir.

Jika pekan ini anggota komite sepakat untuk merekomendasikan status PHEIC kepada Tedros, maka komite tersebut akan langsung memberikan panduan terkait cara mencegah dan mengurangi penyebaran penyakit tersebut.

Baca Juga: DNA Cacar Monyet Ditemukan dalam Air Mani, Berpotensi Menular Secara Seksual

Menyebar di Antara Pasangan Sesama Jenis

Rosamund Lewis, pimpinan teknis WHO untuk cacar monyet, pada hari Rabu (20/7) melaporkan bahwa 98% dari kasus yang dilaporkan terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama mereka yang memiliki banyak pasangan.

Lebih lanjut, pihak WHO menemukan bahwa kasus cacar monyet biasanya dialami oleh penduduk berusia muda yang tinggal di daerah perkotaan.

Sementara itu, direktur kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan, komunitas LGBTQ adalah salah satu yang paling akan terlibat dan bertanggung jawab dalam melawan penyebaran cacar monyet.

"Setelah bekerja keras selama beberapa dekade untuk memerangi HIV, kami memiliki keyakinan penuh bahwa komunitas ini dapat, dan akan, dan sedang, terlibat sangat erat," ungkap Ryan.

Baca Juga: Antrean Masyarakat Mengular di New York untuk Mendapatkan Vaksin Cacar Monyet

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa pada hari Senin (18/7) melaporkan ada 7.896 kasus cacar monyet di 27 negara.

Negara yang mencatat kasus terbanyak adalah Spanyol (2.835), Jerman (1.924), Prancis (912), Belanda (656) dan Portugal (515).

Di AS, New York masih menjadi pusat wabah cacar monyet dengan lebih dari 460 kasus. Pemerintah setempat telah menyediakan 21.500 vaksin cacar monyet pada hari Minggu (17/7), yang disambut oleh antrean pria berusia antara 20 hingga 40 tahun.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×