Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Carrefour perusahaan ritel terbesar dari Eropa dikabarkan tengah menjajaki penjualan saham minoritas bisnisnya yang merugi di China dan telah mulai menjajaki calon pembeli.
Mengutip Reuters, Senin (20/5), bisnis Carrefour di China bernilai sekitar US$ 1 miliar dan Carrefour bekerja sama dengan BNP Paribas dalam menjalankan bisnisnya tersebut.
Berdasarkan informasi yang beredar, perusahaan asal Perancis tersebut sedang menunggu tawaran perusahaan ritel asal Jerman terkait minatnya membeli saham tersebut.
Namun seorang juru bicara Carrefour menolak menjelaskan kepastian informasi ini."Tidak ada yang khusus untuk mengatakan tentang masalah ini", ketika ditanya tentang China pada Jumat kemarin.
Pekan lalu, seorang juru bicara Carrefour mengatakan, penjualan bisnis di China tidak dalam agenda. Hal ini sebagai jawaban atas rumor pasar yang telah membuat sahamnya lebih tinggi.
Carrefour, yang telah berada di China sejak 1995, telah menghabiskan waktu bertahun-tahun memperbaiki bisnisnya di mana penjualan 2018 turun 5,9% menjadi 4,1 miliar euro (US$ 4,58 miliar), di tengah persaingan sengit dari pemain lokal dan daya tarik online pasar.
Pada Januari 2018, Carrefour mengumumkan kemitraan dengan Tencent, yang mengarah pada pembukaan toko teknologi tinggi di Shanghai.
Carrefour juga mengatakan pada waktu itu bahwa Tencent dan Yonghui, pengecer yang mengkhususkan diri dalam makanan segar dan format kecil, dapat mengambil alih saham Carrefour China.
Kemitraan Tencent merupakan langkah terbaru dalam upaya Carrefour untuk membendung penurunan penjualan di China di mana fokus utamanya adalah hypermarket besar.
Carrefour telah berekspansi ke e-commerce dan toko-toko di China dan telah memodernisasi jajaran hypermarketnya dengan lebih banyak produk segar dan membuka pusat logistik untuk memangkas biaya.
Baru-baru ini Carrefour merealokasi ruang di hipermarket China melalui kemitraan dengan pengecer elektronik China Gome untuk 11 toko di toko.