Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
Pada bulan Maret, Organisasi Kesehatan Dunia menghapus pedoman di situsnya yang mengatakan bahwa pengobatan herbal tidak efektif melawan virus dan bisa berbahaya, dengan mengatakan bahwa itu "terlalu luas".
Dan pada bulan Mei, pemerintah kota Beijing mengumumkan rancangan Undang-undang yang akan mengkriminalisasi pidato yang "memfitnah" pengobatan tradisional China. Sekarang, pemerintah mendorong pengobatan tradisional China sebagai pengobatan untuk Covid-19 di luar negeri, mengirim pil dan para spesialis ke negara-negara seperti Iran, Italia, dan Filipina.
Baca juga: Inilah daftar minuman dan makanan penyebab kanker usus, pembunuh Raja Wakanda
Para pemimpin negara lain juga mempelopori pengobatan yang belum terbukti dan berpotensi berisiko - terutama Presiden AS Donald Trump, yang menggunakan obat malaria hydroxychloroquine, yang dapat menyebabkan masalah denyut jantung, meskipun tidak ada bukti bahwa itu efektif melawan Covid-19.
Tetapi China tampaknya menjadi yang pertama memaksa warganya, setidaknya di Xinjiang untuk mengonsumsi obat tradisional itu. Dorongan pemerintah China untuk pengobatan tradisional, yang diberikan gratis kepada penduduk Xinjiang, memperkuat kekayaan para miliarder dan menambah kas negara.
Keluarga Wu Yiling, pendiri perusahaan yang membuat Lianhua Qingwen, telah melihat nilai saham mereka lebih dari dua kali lipat dalam enam bulan terakhir, menjaring mereka lebih dari satu miliar dolar.
Tak hanya dia, pemerintah Guangdong, yang memiliki saham di perusahaan Wu juga terlibat untung. "Ini membuang-buang uang (sementara) perusahaan-perusahaan (penghasil obat tradisional) ini menghasilkan (uang) jutaan," kata seorang pakar kesehatan masyarakat yang bekerja erat dengan pemerintah China, menolak untuk disebutkan namanya karena takut akan penahanan.
Wanita Uighur itu mengatakan bahwa meskipun ada ancaman terhadapnya, dia berhasil membuang cairan dan pil ke toilet.
Seorang pria etnis Han yang orang tuanya berada di Xinjiang mengabarkan bahwa bagi mereka, pengobatannya bersifat sukarela. Meskipun tindakannya "ekstrem", katanya, itu bisa dimengerti. “Tidak ada cara lain jika pemerintah ingin mengendalikan epidemi ini,” katanya, menolak disebutkan namanya untuk menghindari penahanan aparat. "Kami tidak ingin wabah kami menjadi seperti di Eropa atau Amerika."
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Derita Minoritas Uighur di Xinjiang, Ditahan dan Dipaksa Minum Obat Tradisional China",
Penulis : Miranti Kencana Wirawan
Editor : Miranti Kencana Wirawan