Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - STOCKHOLM. Peritel fesyen asal Swedia, Hennes & Mauritz (H&M), melaporkan lonjakan laba kuartal ketiga yang jauh melampaui ekspektasi pasar.
Peningkatan kinerja ini ditopang oleh tingginya minat konsumen terhadap koleksi musim gugur, meski perusahaan tetap mewaspadai dampak tarif impor yang dapat menekan margin pada kuartal berjalan.
Saham H&M, peritel pakaian terbesar kedua di dunia setelah Inditex (pemilik Zara), langsung melonjak 10% pada perdagangan Kamis (25/9/2025) pagi, membawa kenaikan harga saham tahun ini menjadi sekitar 16%.
Baca Juga: Keluarga Persson Genjot Pembelian Saham H&M, Isyaratkan Langkah Privatisasi?
Koleksi Musim Gugur Dongkrak Penjualan
“Koleksi musim gugur diterima dengan sangat baik,” ujar manajemen H&M dalam pernyataan resminya.
Di bawah kepemimpinan CEO baru Daniel Erver, yang menjabat sejak Januari 2024, H&M gencar memperbaiki profitabilitas dengan menghadirkan gaya yang lebih trendi untuk menyaingi pesaing seperti Shein dan Zara.
Langkah ini dilakukan di tengah disrupsi industri akibat kebijakan tarif impor Amerika Serikat.
“Kami mengambil langkah lebih lanjut ke arah yang tepat,” kata Erver.
Pada periode Juni–Agustus, laba operasi H&M melonjak menjadi 4,91 miliar crown Swedia (US$523 juta), naik dari 3,51 miliar crown pada periode yang sama tahun lalu.
Pencapaian ini ditopang oleh kenaikan penjualan 2% dalam mata uang lokal, bauran produk yang lebih kuat, serta pengendalian biaya yang lebih ketat.
Capaian tersebut melampaui perkiraan analis LSEG yang sebelumnya hanya memproyeksikan laba 3,68 miliar crown.
Baca Juga: H&M Dikuasai 64% oleh Keluarga Persson, Spekulasi Privatisasi Menguat
Tantangan Tarif Impor dan Inventori
Meski mencatat kinerja impresif, H&M memperingatkan bahwa tarif impor akan semakin membebani margin pada kuartal keempat yang berlangsung hingga November 2025.
Namun, analis JP Morgan menilai sinyal dampak tarif dari H&M masih relatif moderat dibanding perkiraan sebelumnya.
Mereka juga mencatat bahwa hasil kuartal ketiga ini berpotensi memicu revisi naik ekspektasi laba tahunan.
Positif lainnya, persediaan H&M turun 9% seiring dengan meningkatnya tren belanja konsumen terhadap produk terbaru dengan harga penuh, alih-alih menunggu diskon akhir musim.
Meski demikian, perusahaan memperkirakan diskon di kuartal keempat akan sedikit lebih tinggi, sebagian karena momen Black Friday tahun ini jatuh satu hari lebih awal.
Baca Juga: H&M Alami Perlambatan Penjualan di Awal Tahun, Margin Laba Tergerus
Prospek Penjualan
Pendapatan penjualan H&M dalam laporan mata uang dilaporkan sebesar 57 miliar crown, turun dari 59 miliar crown tahun lalu, tetapi tetap lebih baik dari perkiraan 56,8 miliar crown.
Untuk September, perusahaan memperkirakan penjualan dalam mata uang lokal akan stagnan dibanding tahun lalu yang mencatat basis tinggi.
Dengan basis konsumen yang lebih sensitif harga dibanding Inditex, H&M menghadapi tekanan ekstra dalam beberapa tahun terakhir akibat biaya hidup yang meningkat serta ketidakpastian global.
Sebagai langkah antisipasi atas potensi kenaikan tarif AS, H&M juga mulai mencari pemasok yang lebih dekat ke pasar Amerika, yang merupakan pasar terbesar kedua setelah Jerman dengan kontribusi 13% dari total penjualan grup pada tahun lalu.
