kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -33.000   -1,68%
  • USD/IDR 16.605   3,00   0,02%
  • IDX 6.767   17,72   0,26%
  • KOMPAS100 979   5,15   0,53%
  • LQ45 762   4,33   0,57%
  • ISSI 215   0,81   0,38%
  • IDX30 395   2,48   0,63%
  • IDXHIDIV20 471   1,18   0,25%
  • IDX80 111   0,53   0,48%
  • IDXV30 115   0,73   0,63%
  • IDXQ30 130   0,90   0,70%

CEO Nvidia: China Tidak Tertinggal dalam AI, Huawei Perusahaan Teknologi Tangguh


Jumat, 02 Mei 2025 / 00:36 WIB
CEO Nvidia: China Tidak Tertinggal dalam AI, Huawei Perusahaan Teknologi Tangguh
ILUSTRASI. NVIDIA’s CEO Jensen Huang attends a media roundtable meeting in Singapore December 6, 2023. REUTERS/Edgar Su


Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON DC- CEO Nvidia, Jensen Huang, menegaskan bahwa China tidak tertinggal dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). Ia bahkan menyebut Huawei sebagai salah satu perusahaan teknologi paling tangguh di dunia. Pernyataan ini disampaikan Huang dalam konferensi teknologi di Washington DC, Rabu waktu setempat.

"Perbedaan antara China dan Amerika Serikat dalam pengembangan AI sangat kecil," ujar Huang kepada para wartawan Rabu (30/4) di Washington DC, AS seperti dikutip Business Standard.

Baca Juga: Jensen Huang Jual Saham Besar-besaran Setelah Harga Melonjak Tinggi

Huawei, yang saat ini berada dalam daftar hitam perdagangan Amerika Serikat, dilaporkan sedang mengembangkan chip AI sendiri untuk pasar domestik China. Huang menyatakan bahwa perusahaan asal China itu telah menunjukkan “kemajuan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir”.

Pernyataan tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China, termasuk kebijakan terbaru pemerintahan Trump yang membatasi pengiriman chip Nvidia H20 ke China tanpa lisensi khusus. Chip ini merupakan versi yang telah disesuaikan agar memenuhi batasan ekspor AS sebelumnya. Akibat kebijakan baru ini, Nvidia memperkirakan kerugian sebesar US$5,5 miliar.

Nvidia merupakan produsen unit pemrosesan grafis (GPU) terbesar di dunia, teknologi yang sangat penting dalam pengembangan AI. Namun, perusahaan ini kini menghadapi hambatan serius di AS, termasuk tarif impor dan regulasi era Biden yang tengah dikaji, yang dapat membatasi ekspor chip AI canggih ke berbagai negara.

Baca Juga: CEO Nvidia Jensen Huang Akui Gugup Berbicara di Depan Umum, Dia Tidak Sendirian

Nvidia sebelumnya telah memperingatkan bahwa pembatasan ekspor chip semacam itu bisa mengancam dominasi teknologi AS.

Tahun lalu, Huang menyebut bahwa Uni Eropa jauh tertinggal dari AS dan China dalam investasi AI. "UE harus mempercepat kemajuan dalam AI," kata Huang saat mengunjungi Kopenhagen. Ia menambahkan bahwa kini banyak negara mulai menyadari bahwa data adalah sumber daya nasional yang sangat penting.

China sendiri telah meningkatkan investasi besar-besaran untuk memperkuat sektor chip dalam negeri sebagai respons terhadap pembatasan ekspor dari AS dan sekutunya. Huang beberapa kali menyatakan bahwa China memiliki kapasitas untuk mengejar ketertinggalan dalam teknologi semikonduktor.

Tonton: Baru Ketahuan Saat Negosiasi, Amerika Ternyata Butuh Produk ini dari Indonesia

Sementara itu, laporan terbaru dari lembaga pemikir AS, Hoover Institution, mengungkapkan bahwa bakat AI lokal di China bisa menjadi ancaman bagi dominasi teknologi AS. Laporan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan riset seperti DeepSeek memiliki tim peneliti yang mayoritas berpendidikan dan berpengalaman di China. Meski sekitar 25 persen dari mereka sempat menimba pengalaman profesional di AS, sebagian besar kembali ke China, menciptakan aliran pengetahuan satu arah yang memperkuat ekosistem AI domestik mereka.



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×