Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Sejumlah konser musisi Jepang di berbagai kota besar di China mendadak dibatalkan minggu ini seiring meningkatnya ketegangan diplomatik antara Beijing dan Tokyo.
Musisi jazz Jepang Yoshio Suzuki, yang tengah melakukan sound check untuk penampilan perdananya di Beijing setelah lama tertunda, terpaksa menghentikan persiapan ketika sekelompok polisi berpakaian sipil muncul di lokasi pada Kamis sore.
“Kurang dari satu menit kemudian, pemilik venue datang dan mengatakan polisi memerintahkan semua konser yang melibatkan warga Jepang dibatalkan—tanpa diskusi,” kata Christian Petersen-Clausen, promotor konser asal Jerman yang telah tinggal di China selama 13 tahun.
Baca Juga: Diplomasi Wolf Warriors China Tengah Membidik Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi
Pemicu: Pernyataan PM Jepang Terkait Taiwan
Pembatalan massal ini dipicu oleh pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi awal bulan ini, yang mengatakan bahwa serangan China terhadap Taiwan yang mengancam keberlangsungan Jepang dapat memicu respons militer dari Tokyo.
Pernyataan tersebut membuat Beijing marah. China, yang menganggap Taiwan sebagai wilayahnya, memperingatkan bahwa Takaichi akan menghadapi “konsekuensi”.
Respons awal China berupa boikot perjalanan wisata ke Jepang dan pelarangan impor makanan laut Jepang, namun kini merambat ke ranah budaya.
Konser Musisi Jepang Dibekukan hingga Akhir 2025
Menurut Petersen-Clausen, otoritas China memperingatkan berbagai venue musik bahwa seluruh konser musisi Jepang untuk sisa tahun 2025 kemungkinan dibatalkan.
Venue juga diminta tidak mengajukan izin pertunjukan baru untuk artis Jepang tahun depan, dan promotor dilarang mengirim pesan promosi konser musisi Jepang kepada penggemar.
Baca Juga: Gara-Gara Taiwan, China Tolak Pertemuan G20 dan Ancam Ekonomi Jepang
Suzuki, bassis jazz berusia 80 tahun, bersama kuintetnya telah menjalani proses panjang selama berbulan-bulan untuk memperoleh visa penampilan di China.
“Mereka sangat bersemangat datang ke China,” kata Petersen-Clausen, menyebut para musisi tersebut “sangat terpukul” oleh pembatalan mendadak itu.
Kementerian Luar Negeri China belum memberikan komentar terkait kebijakan ini.
Gelombang Pembatalan di Berbagai Kota
Pembatalan lain terjadi pada konser penyanyi Jepang KOKIA di Beijing pada Rabu malam. Ratusan penggemar mengeluhkan bahwa mereka telah mengantre hingga waktu mulai konser, tetapi tetap tidak diizinkan masuk.
“Setelahnya, tim KOKIA keluar dan mengatakan band siap tampil, namun venue tidak mengizinkan mereka naik panggung,” tulis seorang pengguna di platform RedNote.
Video yang beredar di X memperlihatkan kerumunan besar penggemar yang marah meneriakkan: “Kembalikan uang kami!”
Tur China rapper Jepang KID FRESINO juga diumumkan ditunda tanpa batas waktu oleh promotor lokal pada Jumat.
China dan Riwayat Boikot Budaya sebagai Tekanan Diplomatik
China telah lama menggunakan pembatasan budaya sebagai bentuk tekanan ekonomi dalam sengketa internasional.
Baca Juga: Jepang–China Diperkirakan Hadapi Ketegangan dalam Jangka Panjang
Sejak perselisihan sistem pertahanan rudal THAAD pada 2016, tidak ada grup K-pop besar yang diizinkan tampil di China. Drama Korea dan berbagai produk budaya Seoul juga tidak muncul di platform daring China akibat larangan tidak resmi.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Petersen-Clausen menyebut pembatalan konser ini sebagai pukulan tambahan bagi ekonomi China, yang tengah berjuang memacu konsumsi di tengah perlambatan yang berkepanjangan. Dampaknya meluas dari pembatalan tiket pesawat dan pemesanan hotel hingga berkurangnya permintaan tenaga kerja pendukung acara.
Selain itu, konser musik adalah salah satu sarana pelampiasan stres bagi anak muda Tiongkok yang menghadapi tekanan kerja dan kondisi ekonomi yang tidak menentu.
“Kami kadang melihat sentimen anti-Jepang di internet, tetapi tidak pernah di konser,” katanya.
“Saya tidak pernah mendengar ada orang membawa isu politik ke dalam momen seperti ini,” tambahnya.













