Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Tanpa menyebutkan nama, China mengaku sangat khawatir dengan aktivitas negara-negara yang membuat perang di Ukraina semakin berkobar. China mendesak negara-negara itu untuk berhenti memberi bahan bakar pada perang di Ukraina.
"Kami mendesak negara-negara tertentu untuk segera berhenti mengobarkan api. Kami berdiri teguh melawan segala bentuk hegemoni," kata Menteri Luar Negeri China, Qin Gang, pada hari Selasa (21/2), seperti dikutip Reuters.
Meski tak menyebutkan nama negara tertentu, pesan Qin tampaknya ditujukan kepada Amerika Serikat (AS) yang sejak perang dimulai rutin mengirim senjata bernilai miliaran dolar ke Ukraina.
Ketersediaan senjata itu jadi salah satu alasan Ukraina masih sanggup berperang hingga saat ini. Selain AS, beberapa anggota NATO seperti Inggris, Jerman, dan Prancis juga cukup rajin memberi bantuan militer.
Baca Juga: Kunjungan Kerja Mendadak, Ini Janji Joe Biden kepada Ukraina
Kritik terbaru dari diplomat China itu juga muncul sehari setelah Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan mendadak ke Kyiv. Di sana, Biden menjanjikan bantuan militer senilai US$500 juta dan pemberian sanksi tambahan terhadap elit Rusia.
Sikap China saat ini masih sama, yaitu tidak menyebut aksi Rusia di Ukraina sebagai "invasi", melainkan sebagai "operasi militer khusus" yang dirancang untuk melindungi keamanan Rusia.
Beijing memang telah secara terbuka mengecam aksi AS yang terus memasok senjata ke Ukraina. Di sela-sela Konferensi Keamanan Munich hari Minggu, diplomat senior China Wang Yi meminta AS seharusnya mengupayakan solusi politik, bukannya terus mengobarkan perang.
"AS seharusnya mempromosikan solusi politik untuk krisis tersebut (perang Ukraina), alih-alih menambah bahan bakar ke dalam api," kata Wang.
Baca Juga: Menlu AS Blinken Tuding China Kemungkinan Memberikan Senjata ke Rusia
Dituding Memberi Bantuan Senjata ke Rusia
Hari Sabtu (18/2) pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyampaikan kekhawatirannya terkait peluang China untuk mengirim bantuan militer ke Rusia.
"Ada berbagai jenis bantuan mematikan yang setidaknya mereka pertimbangkan untuk diberikan, termasuk senjata. Kami akan merilis rinciannya secepat mungkin," kata Blinken dalam wawancaranya dengan NBC News.
Kecurigaan itu kemudian juga membuat Uni Eropa khawatir. Pada hari Senin (20/2), pejabat urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell memperingatkan agar China tidak mengirim senjata ke Rusia.
"Setiap pasokan senjata China ke Rusia akan berisiko meningkatkan potensi perang Ukraina, menjadi konfrontasi antara Rusia dan China dengan Ukraina dan NATO yang dipimpin AS," kata Borrell.