Sumber: Bloomberg, Reuters |
BEIJING/SYDNEY. China meraih kemenangan kecil atas negosiasi harga bijih besi dengan Australia. Kemarin (17/8), produsen bijih besi terbesar ketiga Australia, Fortescue Metals Group, setuju memberi diskon 35% atas harga bijih besi tahun lalu.
Fortescue berjanji kepada China Iron & Steel Association (CISA) menjual 20 juta ton bijih besi hingga 31 Desember 2009 dengan harga diskon itu. Maka, perusahaan baja terbesar China Baosteel Group Corp dan perusahaan baja China lain akan membeli bijih besi murni dengan harga 94 sen dolar per unit metrik ton kering atau US$ 55,50 per ton. Ini lebih murah dari harga jual yang dipatok Rio Tinto sebesar US$ 61 per ton.
Diskon 35% itu lebih rendah dari permintaan awal China yang menuntut diskon 45%. Tapi, diskon itu lebih besar ketimbang penawaran diskon dari Rio dan BHP yang cuma 33%. Diskon itu juga lebih besar 3% daripada yang diperoleh Jepang dan Korea.
Setelah mendapat diskon 35% tersebut, China pun berniat menjadikannya sebagai patokan harga beli dari Rio Tinto Group, BHP Billiton Ltd, dan Vale SA. "Kesepakatan diskon itu adalah langkah penting untuk menerapkan prinsip satu harga bijih besi di China," kata Shan Shanghua, Sekretaris CISA.
Namun, Juru Bicara Rio Tinto Gervase Greene langsung menggelengkan kepala. "Kami tak melihat harga ini relevan untuk penetapan harga kami di tahun 2009," kata Greene.
Sulit jadi harga acuan
Rio bisa saja mengelak karena diskon harga dari Fortescue itu bersyarat. Syaratnya, China akan mengucurkan pembiayaan hingga US$ 6 miliar pada 30 September kepada Fortescue. "Kami akan memakainya untuk ekspansi," kata CEO Fortescue Andrew Forrest. Fortescue juga ingin masuk bursa Shanghai dan meminta prioritas pada negosiasi harga bijih besi di 2010.
Tak seperti tiga produsen tambang Australia lain, Fortescue memang hanya menjual bijih besi ke China. Sebagian saham Fortescue juga dimiliki perusahaan China. "Fortescue ingin menjadi anak baik di depan China. Ia anak baru dan ingin menjalin hubungan baik dengan konsumen besar," ujar Mark Pervan, Analis Senior Komoditas ANZ.
Sejak 2003, China mengambil alih posisi pembeli terbesar bijih besi dunia dari Jepang. China mengimpor 500 juta ton bijih besi setahun. Morgan Stanley menyatakan, China membeli 52% bijih besi yang dijual tahun lalu. Angka ini bisa meningkat hingga 65% tahun ini. Karena besarnya pembelian itu, China merasa tak adil kalau mendapat harga sama dengan negara lain.
Analis menilai, diskon harga Fontescue tak akan mengakhiri negosiasi harga bijih besi. Debat harga ini berlangsung alot, bahkan sudah mundur dari tenggat waktu 30 Juni lalu. "Fortescue terlalu kecil untuk menetapkan harga acuan," kata Hu Kai, Analis Umetal Research Institute.