Sumber: AP News,The New York Times | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. China mengecam Rancangan Undang-Undang baru tentang belanja pertahanan tahunan AS. Karena RUU tersebut dianggap telah membesar-besarkan ancaman militer China.
Sementara Taiwan menyambut baik undang-undang baru tersebut, dengan mengatakan itu menunjukkan dukungan AS kepada Taiwan sebagai pemerintahan sendiri yang selama ini diklaim oleh China sebagai bagian dari kekuasaannya atau satu China.
Mengutip Kantor Berita AP News, Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan yang diposting online Sabtu (24/12) menyebut undang-undang baru itu sebagai provokasi politik serius dari Amerika Serikat yang secara terang-terangan mencampuri urusan dalam negeri China. “China menyesalkan dan dengan tegas menentang langkah AS ini,” dikutip dari pernyataan resmi tersebut.
Baca Juga: Dalam 24 Jam, China Kirim Puluhan Pesawat Tempur dan Kapal ke Taiwan
Seperti kita tahu Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menandatangani RUU pertahanan senilai US$ 858 miliar menjadi undang-undang di Washington pada hari Jumat (23/12).
Anggafan pertahanan ini termasuk di dalamnya tambahan sekitar US$ 45 miliar lebih dari yang diminta Biden, di samping usulan anggota parlemen sebagai upaya untuk mengimbangi inflasi sekaligus meningkatkan daya saing militer negara itu dengan China dan Rusia.
RUU itu juga mencabut persyaratan vaksinasi Covid-19 untuk pasukan AS.
Di sisi lain yang membuat China geram adalah untuk kawasan Indo-Pasifik, undang-undang tersebut mengesahkan peningkatan kerja sama keamanan dengan Taiwan.
Amerika Serikat membutuhkan kerja sama yang diperluas dengan India dalam pengembangan teknologi, kesiapan, dan logistik pertahanan yang sedang berkembang.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri Taiwan berterima kasih kepada Kongres Amerika Serikat yang telah menyetujui RUU baru bidang belanja pertahanan ini. “Karena ini menunjukkan betapa pentingnya hal itu melekat pada Taiwan-A.S. hubungan dan memperkuat keamanan Taiwan.”
Baca Juga: Tesla Hentikan Sementara Produksi di Pabrik Shanghai China di Pekan Terakhir 2022
China menolak dukungan AS untuk Taiwan, sebuah pulau berpenduduk 23 juta orang di lepas pantai timurnya.
Kedua wilayah ini berpisah selama perang saudara yang membawa komunis berkuasa di China pada tahun 1949.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri China mengatakan RUU pertahanan AS “sangat memengaruhi perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.”
Sebagai catatan China menggelar latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan pada Agustus 2022 setelah Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi mengunjungi negara pulau itu.
Belum lama ini militer China juga telah mengirim 39 pesawat dan tiga kapal perang di perairan Taiwan awal pekan ini dalam unjuk kekuatan yang relatif besar.
Sebelumnya The New York Times menyebut tambahan anggaran belanja pertahanan Amerika Serikat ini mencapai 8% jika dibandingkan dengan anggaran tahun ini.
Tambahan anggaran belanja militer Amerika Serikat ini, merupakan upaya untuk meningkatkan bantuan militer kepada Ukraina dan Taiwan.
Amerika Serikat berupaya untuk terus membantu dua negara demokrasi muda sehingga anggota parlemen AS memilih untuk menyetujui bantuan US$ 800 juta dalam bentuk pendanaan militer kepada Ukraina.
Selain itu parlemen AS juga setuju untuk membuat program pertahanan baru dengan Taiwan, mengotorisasi hingga US$ 10 miliar selama lima tahun ke depan.
Tahap bantuan militer yang jauh lebih besar untuk Ukraina adalah tambahan anggaran sebesar US$ 38 miliar.
Meskipun semakin banyak suara di kedua belah pihak yang mempertanyakan pengiriman lebih banyak uang, dukungan bipartisan untuk membantu Ukraina tetap kuat.
Tak hanya untuk bantuan militer bagi negara lain, tambahan belanja militer tahun depan sebagian juga dipergunakan untuk meningkatkan gaji para prajurit Amerika Serikat dengan rata-rata sebesar 4,6% tahun depan.