Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - China dilaporkan sedang mempersiapkan misi berbahaya dengan mengirim robot penjelajah ke sisi gelap bulan yang selama ini masih misterius kondisinya.
Melansir Reuters (29/4), China akan mengirimkan pesawat ruang angkasa robotik dalam beberapa hari mendatang. Robot yang dikirim akan melakukan perjalanan bolak-balik ke sisi jauh bulan.
Sejak misi Chang'e pertama pada tahun 2007, China bisa dibilang cukup berhasil membuat kemajuan dalam eksplorasi bulan, mempersempit jurang teknologi dengan Amerika Serikat dan Rusia.
Pada tahun 2020 lalu, China juga telah berhasil membawa kembali sampel dari sisi dekat bulan dalam pengambilan sampel pertama dalam lebih dari empat dekade.
Misi itu sekaligus menandai untuk pertama kalinya China dapat dengan aman mengembalikan pesawat ruang angkasa tanpa awak ke Bumi dari permukaan bulan.
Baca Juga: Di Forum PBB, Rusia dan AS Bedebat Soal Senjata Nuklir di Luar Angkasa
Perjalanan ke Sisi Gelap Bulan
Pekan ini China dilaporkan akan meluncurkan Chang'e-6 menggunakan pesawat ruang angkasa cadangan dari misi tahun 2020. Di sana, robot akan mengumpulkan tanah dan bebatuan dari sisi gelap bulan yang secara permanen tidak pernah menghadap ke Bumi.
Chang'e-6 harus bergantung pada satelit relai yang baru saja dikerahkan untuk mengorbit bulan selama misi 53 hari, karena tidak ada garis pandang langsung dengan Bumi.
Chang'e 6 akan mencoba mendarat di sisi timur laut Cekungan Kutub Selatan-Aitkin yang luas, kawah tubrukan tertua yang diketahui di tata surya.
Pendaratan paling dekat dengan wilayah itu dilakukan pada bulan Februari 2024 oleh IM-1, misi gabungan antara NASA dan perusahaan swasta Intuitive Machines yang berbasis di Texas.
Setelah mendarat di Malapert A, sebuah lokasi di dekat kutub selatan yang diyakini relatif datar, pesawat ruang angkasa tersebut miring tajam ke satu sisi di tengah sejumlah masalah teknis.
Baca Juga: Peluncuran Satelit Sukses, China Siap Jelajahi Bulan
Situasi itu menunjukkan bahwa pendaratan di sisi jauh bulan memang memiliki risiko yang tinggi.
Kutub selatan bulan digambarkan oleh para ilmuwan sebagai "sabuk emas" untuk eksplorasi. Misi Chandrayaan-1 India pada tahun 2008 mengonfirmasi keberadaan es di dalam kawah kutub tersebut.
Jika berhasil, sampel yang dibawa Chang'e-6 juga dapat menjelaskan lebih banyak tentang evolusi awal bulan dan tata surya bagian dalam.
Sejauh ini, semua sampel bulan yang diambil oleh Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet pada tahun 1970-an dan China pada tahun 2020 berasal dari sisi dekat bulan, tempat aktivitas vulkanik jauh lebih aktif.
Kurangnya aktivitas vulkanik di sisi jauh bulan membuatnya dipercaya memiliki lebih banyak kawah yang tidak tertutup oleh aliran lava purba, sehingga melestarikan material dari pembentukan awal bulan.