Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Pemerintah China menegaskan, pihaknya tidak akan menerima "pencurian" TitTok oleh Amerika. Melansir surat kabar China Daily yang dikutip Reuters, Beijing menegaskan akan menanggapi langkah Washington yang mendorong ByteDance untuk menjual aplikasi video pendek TikTok yang beroperasi di AS ke Microsoft.
Dalam sebuah tajuknya, China Daily menuliskan, "penindasan" Amerika Serikat terhadap perusahaan-perusahaan teknologi China adalah konsekuensi dari visi omong kosong Washington tentang "orang Amerika pertama" dan membuat China tidak punya pilihan selain "penyerahan atau pertempuran fana di dunia teknologi".
Baca Juga: Tengah ada dalam tekanan di AS, pemilik TikTok tuduh Facebook sebagai plagiat
"China memiliki banyak cara untuk merespons jika pemerintah Amerika melakukan penghancuran dan perebutan yang direncanakan," tambahnya.
Microsoft Corp pada hari Senin mengatakan bahwa pihaknya tengah dalam pembicaraan dengan ByteDance untuk membeli TikTok setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana mengenai larangan aplikasi tersebut dengan alasan keamanan nasional dan memberi perusahaan waktu 45 hari untuk mencapai kesepakatan.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pada akhir pekan bahwa Trump akan mengambil tindakan dalam waktu dekat terhadap perusahaan perangkat lunak China yang berbagi data pengguna dengan pemerintah China.
Baca Juga: Pemilik TikTok, ByteDance sempat menuduh Facebook sebagai plagiarisme
Surat kabar Global Times, yang juga didukung pemerintah, mengatakan perlakuan terhadap ByteDance dan Huawei Technologies dari AS, yang sekarang dimasukkan dalam daftar hitam perdagangan AS, menunjukkan upaya-upaya AS untuk memisahkan ekonominya dari China.
Tiongkok memiliki kemampuan terbatas untuk memberikan perlindungan kepada perusahaan-perusahaan China ini dengan membalas terhadap perusahaan-perusahaan AS karena Amerika Serikat memiliki keunggulan teknologi dan pengaruh dengan sekutu-sekutunya.
"Pembukaan China ke dunia luar dan disintegrasi strategi decoupling AS harus menjadi prioritas," demikian tajuk Global Times.
Informasi saja, Global Times diterbitkan oleh People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa.