kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Cuma secuil bank-bank digital di dunia yang sudah sukses meraup untung


Jumat, 03 Desember 2021 / 16:06 WIB
Cuma secuil bank-bank digital di dunia yang sudah sukses meraup untung
ILUSTRASI. Bank-bank digital menjamur sejak beberapa tahun terakhir. Namun, yang sudah mendulang untung masih belum begitu banyak.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlombaan bank digital semakin sengit di tengah perkembangan teknologi. Secara global, bank-bank digital memang sudah bermunculan sejak beberapa tahun terakhir. Namun, yang sudah profit masih belum begitu banyak. 

Berdasarkan riset Boston Consulting Group (BCG), sudah ada lebih dari 200 bank digital berdiri sejak tahun 2010. Sebanyak 46 bank berada di kawasan Asia Pasifik. China dan Korea Selatan adalah salah satu pasar perbankan digital paling berkembang di kawasan ini.

Catatan BCG, hanya beberapa dari jumlah itu yang sudah untung hingga saat ini. Pertama, ada Kakao Bank dari Korea Selatan. Bank ini sudah beroperasi sejak  Januari 2016 tetapi baru resmi diluncurkan pada Juli 2017. Kedua,  NuBank dari Brasil yang beroperasi sejak mei 2013. Ketiga, WeBank dari China yang berdiri sejak Desember 2014. 

Keempat, Chime dari Amerika Serikat (AS) dan didirikan sejak tahun 2013. Kelima, ada Monzo dari Inggris yang berdiri pada tahun 2015. Keenam, ada N26 Bank dari Jerman yang beroperasi sejak 2015. Ketujuh,  TinKoff Bank dari Rusia. Kedelapan, Mybank dai China. Kesembilan, Paytm dari India.

Baca Juga: Saham bank kecil dinilai masih menarik untuk dirilik, begini rekomendasi analis

Kakao Bank berkembang pesat hanya dalam waktu cukup singkat.  Hanya dalam waktu dua tahun, bank ini berhasil mencetak keuntungan pada tahun 2019. Total pengguna aktif bulanan Kakao Bank pada akhir 2020 mencapai lebih dari Rp 13,6 juta. 

Kakao Bank sukses menjadi bank digital yang untung dan berkembang pesat karena memiliki ekosistem sangat besar. Bank ini memiliki banyak sekali komunitas-komunitas. Bank ini tidak memiliki cabang tetapi fokus pada layanan berbasis teknologi untuk menyasar nasabah. Konsep ini yang memungkinkan mereka menjangkau berbagai segmen pelanggan dengan cepat dan dalam skala besar.

Berdasarkan riset BCG, Kakao Bank memiliki ekosistem digital yang luas yang terdiri dari aplikasi perpesanan yang sangat populer, platform pembayaran, fungsi perdagangan.

Di sektor komunikasi, Kakao Bank punya layanan Kakao Talk dengan pengguna 50 juta lebih dan KakaoStory dengan pengguna 70 juta atau melebihi pengguna Facebook di Korea Selatan. Akuisisi nasabah dilakukan lewat dua layanan ini. 

Kakao Bank juga memiliki fintech yakni Kakaopay dengan 22 juta user pada akhir 2020. Di sektor e-commerce, bank ini punya KakaoSyle atau aplikasi sosial fashion, Kakaomart, dan KakaoTalk Gift.

Untuk mobility, bank ini punya Kakao T, Kakao Map, Kakao Bus, Kakao Metro, Kakao Navi, dan Kakao Parking. Lalu ada juga layanan Kakao Game, KakaoPage, KakaoTV, KakaoMusic, portal Daum, Daum News, Daum Search, serta Kakao Friend. 

Kakao Bank melaporkan laba bersih 113,6 miliar won atau sekitar US$ 101 juta pada tahun 2020, naik delapan kali lipat dari tahun sebelumnya. Selama periode yang sama, laba operasi dan pendapatan melonjak lebih dari sembilan kali lipat dan 21% menjadi 122,6 miliar won dan 804,2 miliar won, masing-masing.

Sementara basis nasabah Nubank lebih besar lagi. Mengutip Bloomberg, Jumat (3/12), bank digital milik miliarder David Velez memiliki pengguna sebanyak 48,1 juta di seluruh Brasil, Meksiko, dan Kolombia.  

Tak heran investor terus berebutan masuk ke bank yang operasionalnya banyak di Amerika Selatan ini. Salah satunya investor kakap  Warren Buffett yang telah mengucurkan dana US$ 500 juta tahun 2021.

Di tahun yang sama, mereka juga telah mengumpulkan tambahan US$ 250 juta dari serangkaian investor lain. Sehingga, valuasi mereka mencapai US$ 30 miliar atau naik dari US$ 25 miliar pada saat putaran penggalangan dana sebelumnya.

Sepanjang tahun 2020, kerugian perusahaan ini mencapai US$ 44 juta. Menyempit dari tahun 2019 yang mencapai US$ 78 juta. Namun, pada semester I 2021, bank ini telah membukukan laba dari operasi di Brasil senilai US$ 13,7 juta. 

Saat ini, Nubank sedang dalam pengajuan untuk melantai di bursa AS. Nubank  untuk mengincar valuasi mencapai US$ 100 miliar. Jika hal tersebut berhasil, Nubank akan mengungguli Itau, yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$ 55,4 miliar dan menjadi financial technology (fintech) terbesar di dunia.

Baca Juga: Ini Bank dengan aset terbesar di Indonesia, Bank Mandiri juara



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×