Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - COPENHAGEN. Greenland, pulau terbesar di dunia, kini menghadapi babak baru dalam sejarah panjangnya di bawah kekuasaan Denmark.
Keinginan untuk merdeka semakin menguat, sementara ketegangan muncul setelah komentar Presiden terpilih AS, Donald Trump, mengenai masa depan pulau tersebut, yang telah memicu kekhawatiran di kalangan Denmark dan sekutu-sekutu Eropa.
Dorongan Kemerdekaan Greenland
Greenland, dengan populasi sekitar 57.000 jiwa, telah menjadi bagian dari Denmark selama lebih dari 600 tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintahan pulau ini, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mute Egede, semakin giat menyerukan kemerdekaan penuh.
Meskipun mengatur urusan domestiknya, Greenland tetap berada di bawah kekuasaan Denmark, dan para pemimpinnya membayangkan masa depan di mana Greenland tidak lagi terikat oleh kekuasaan Denmark.
Baca Juga: Pemimpin Greenland Akan Bertemu Raja Denmark di Tengah Upaya Trump Menjajah Wilayah
"Kami sepenuhnya mengakui bahwa Greenland memiliki ambisi sendiri. Jika itu terwujud, Greenland akan menjadi merdeka, meskipun tidak dengan ambisi untuk menjadi negara bagian federal di Amerika Serikat," kata Lars Lokke Rasmussen, Menteri Luar Negeri Denmark, menanggapi semakin intensnya perdebatan mengenai masa depan politik Greenland.
Komentar Kontroversial Trump
Donald Trump, Presiden terpilih AS, telah memicu kehebohan dengan menyarankan bahwa AS mungkin akan menggunakan tindakan militer atau ekonomi untuk menjadikan Greenland bagian dari wilayahnya.
Pada hari Selasa, Trump tidak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan untuk menjadikan Greenland bagian dari Amerika Serikat. Putra tertua Trump, Donald Trump Jr., juga mengunjungi Greenland secara pribadi pada hari yang sama.
Komentar Trump ini membawa masa depan Greenland ke sorotan internasional, dengan beberapa pihak mempertanyakan ambisi AS di kawasan Arktik. Meskipun Denmark meremehkan keseriusan ancaman Trump, para pemimpin Eropa menyatakan kekhawatiran terhadap kemungkinan intervensi militer AS yang bisa mengubah status teritorial pulau tersebut.
Reaksi Eropa terhadap Ancaman Trump
Uni Eropa dan negara-negara anggotanya cepat menegaskan sikap mereka mengenai kedaulatan dan integritas teritorial. Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, menyatakan bahwa Eropa tidak akan membiarkan negara mana pun menyerang perbatasan kedaulatannya.
Baca Juga: Ulah Donald Trump: Bisa Gunakan Kekuatan untuk Rebut Terusan Panama dan Greenland
Demikian pula, juru bicara pemerintah Jerman menekankan bahwa perbatasan tidak boleh diubah dengan kekerasan, dan Komisi Eropa menegaskan bahwa kedaulatan negara-negara anggota Uni Eropa harus dihormati.
Meskipun Denmark meremehkan ancaman intervensi militer AS, jelas bahwa ambisi terbuka Trump untuk memperluas perbatasan AS telah mengguncang Eropa, hanya beberapa minggu sebelum ia resmi menjabat kembali.
Ketegangan Antara Greenland dan Denmark
Selain ketegangan yang dipicu oleh komentar Trump, hubungan antara Greenland dan Denmark akhir-akhir ini semakin tegang akibat tuduhan perlakuan buruk terhadap orang Greenland pada era kolonial.
Perdana Menteri Egede secara konsisten menolak segala saran bahwa Greenland bisa dijual, menguatkan tekad pulau tersebut untuk meraih kemerdekaan.
Denmark berpendapat bahwa nasib Greenland hanya dapat diputuskan oleh rakyatnya, dan Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, turut mengungkapkan pandangan ini, dengan menyatakan bahwa ia tidak bisa membayangkan komentar Trump akan berujung pada intervensi militer AS di Greenland.
Baca Juga: Donald Trump Ancam Rebut Kendali Terusan Panama
Peran Keluarga Kerajaan Denmark
Keluarga kerajaan Denmark telah lama memiliki peran penting di Greenland, dan Raja Frederik, khususnya, sangat dihormati di pulau tersebut. Setelah menghabiskan waktu yang signifikan di Greenland, termasuk ekspedisi empat bulan di lapisan es pulau itu, raja dianggap sebagai figur kunci dalam hubungan antara Denmark dan Greenland.
Popularitasnya yang terus berlanjut dapat memainkan peran dalam menghadapi ketegangan yang ada saat ini.
Damien Degeorges, seorang konsultan yang mengkhususkan diri dalam masalah Greenland, berkomentar, "Saya yakin raja adalah orang yang paling tepat di Denmark untuk menangani masalah ini saat ini karena dia memiliki sejarah panjang dengan Greenland. Dia populer di Greenland, jadi dia jelas bisa membantu hubungan Denmark-Greenland."