kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Detik-detik sebelum Donald Trump memutuskan serangan ke Suriah


Senin, 16 April 2018 / 09:04 WIB
Detik-detik sebelum Donald Trump memutuskan serangan ke Suriah
ILUSTRASI.


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Untuk kedua kalinya di masa kepresidenannya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menatap penuh kengerian pada foto anak-anak yang tewas dalam serangan kimia di Suriah.

Dan untuk kedua kalinya dalam masa kepresidenannya, foto-foto yang mengenaskan tersebut mendorong Trump untuk melancarkan serangan militer di sebuah negara yang dilihatnya sebagai perangkap bagi Amerika Serikat.

Mengutip CNBC, pada Jumat, Presiden akhirnya memerintahkan untuk melakukan serangan militer - sebuah proses pengambilan keputusan tradisional untuk seorang presiden yang tidak konvensional. Trump mencari masukan dari penasihat keamanan nasional dan mengadakan pertemuan Ruang Situasi (Situation Room). Dia berkonsultasi dengan sekutu, dan berbagi kemarahannya atas foto-foto yang muncul dari Suriah yang menunjukkan anak-anak dan orang dewasa tewas mengenaskan atau jatuh sakit karena gas beracun.

Tetapi pada saat-saat lain, sifat Trump yang kacau balau pecah juga. Dia terkadang menuliskan tweet yang membingungkan di Twitter. Dan dia marah karena ancaman hukum yang muncul di sekitarnya, termasuk penyerbuan di rumah dan kantor pengacara lamanya.

Meski demikian, para pejabat AS dan Barat mengatakan bahwa sangat jelas Trump bermaksud mengambil tindakan militer. Hasil diskusi dengan Perancis dan Inggris difokuskan bukan pada serangan, tetapi bagaimana melakukan suatu cara yang dimaksud untuk "menghukum" rezim Assad atas serangan kimia dan bisa menurunkan kemampuannya untuk menggunakan senjata kimia di masa depan. Hal tersebut diungkapkan oleh dua diplomat Barat yang mengetahui detil atas peristiwa tersebut.

Para diplomat dan pejabat AS bersikeras tidak mau disebut namanya karena mereka tidak berwenang untuk membicarakan hal ini secara terbuka.

Seorang pejabat membisikkan, Trump menghadiri beberapa briefing per hari, dan duduk di tempat paling tinggi di Ruang Situasi. Para penasehat Trump terkait Suriah adalah John Bolton, penasihat keamanan nasional yang baru dipasang dengan reputasi militeristik dan hawkish, dan Menteri Pertahanan James Mattis, yang berusaha memastikan bahwa tindakan militer dikaitkan dengan strategi yang lebih luas.

Pada pertemuan Kabinet Senin, Trump mengutuk "serangan mengerikan" dan menjanjikan tindakan cepat.

Pada hari Selasa, Trump berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Theresa May. Pejabat dari ketiga negara berkumpul di Washington ketika sekutu mencoba menentukan siapa yang akan berpartisipasi dan seperti apa serangan yang dilakukan.

Tetapi Trump masih tidak memiliki komitmen kuat bahwa sekutu akan bergabung dengannya. Meski ketiga negara Barat percaya bahwa senjata kimia telah digunakan, pengawas internasional belum mencapai lokasi serangan dan tidak jelas berapa banyak bukti yang dapat diajukan oleh pemerintah.

Ketika negosiasi atas Suriah berlanjut, Trump dikejutkan oleh serangan mendadak dari rumah kantor pengacara pribadinya Michael Cohen dan diluncurkannya buku baru dari mantan direktur FBI James Comey yang dia pecat. Dia sangat marah oleh serangan itu, yang sebagian besar didorong oleh rujukan dari penasihat khusus Robert Mueller, terkait campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden 2016.

Saat pembicaraan terus berlarut-larut, Trump mengeluh di Twitter. Dia melemparkan isu yang membingungkan dengan menuliskan tweet: "Rusia bersiaplah karena rudal yang akan datang bagus dan baru dan pintar!".

Setelah mendapatkan kritik karena mengungkapkan strateginya, Trump menuliskan tweet pada hari berikutnya, yakni: "Bisa jadi segera atau tidak sama sekali!"

Pada hari Kamis, Trump membuat keputusan akhir untuk melancarkan serangan. Para pejabat mengatakan serangan tersebut membidik tiga sasaran di Suriah yang ditujukan untuk menghindari "kerusakan jaminan," termasuk aset-aset Rusia.

Ketika ditanya mengapa presiden bertindak sekarang, mengingat pemerintah Assad diduga telah menggunakan gas kimia sedikitnya 50 kali, pejabat pemerintah mengatakan mereka yakin ada "bukti yang tak dapat dibantah" bahwa senjata kimia telah dikerahkan. Sebagian besar bukti berasal dari kesaksian para saksi, serta video dan foto yang diambil oleh sukarelawan, korban serangan dan intelijen tambahan tentang bom barel dan tabung klorin yang ditemukan setelahnya.

Para pejabat juga mengatakan Trump cukup frustrasi bahwa upaya ekonomi, diplomatik dan politik yang bertujuan meyakinkan Assad agar tidak menggunakan senjata kimia telah gagal.

Trump membutuhkan sehari penuh untuk membulatkan tekadnya atas serangan ke Suriah. Pemerintah berupaya menutup-nutupi rencananya. Tak ada lagi tweet. Dan para pejabat Gedung Putih mengatakan kepada wartawan bahwa Trump mungkin menghabiskan makan malam Jumat di hotelnya di Washington.

Tapi pada pukul 9:01:30 malam, pada  Jumat, Trump menyampaikan pidato televisi kenegaraan yang mengumumkan penyerangan sedang berlangsung.

Ketika rudal tengah menghujani Suriah, seorang pejabat administrasi menjelaskan bahwa, selama minggu ini, presiden telah menuliskan niatnya lewat tweet kepada rakyat Amerika. Sekarang, kata mereka, perintahnya sedang dilakukan.

Pada Sabtu pagi, Trump merayakan "serangan yang dilakukan dengan sempurna".

"Eksekusi serangan yang sempurna tadi malam. Terima kasih untuk Prancis dan Inggris untuk kesediaan dan kekuatan militernya yang sangat bauk. Tidak mungkin mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Misi selesai," tulis Trump di Twitter seperti yang dikutip dari New York Times.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×