Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SEATLE. Bersiap saja. Meski dalam tiga dekade terakhir emas selalu mengalami kenaikan seiring terjadinya krisis di Amerika Serikat (AS), namun kali ini, harga si kuning mengkilap itu akan berbalik arah. Harga emas diprediksi akan terus merosot dan mencapai level terendah dalam dua tahun terakhir seiring dengan terjadinya deflasi.
Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, jumlah kontrak berjangka emas di bursa perdagangan New York anjlok 48% sejak 15 Januari lalu. Selain itu, harganya juga sudah turun 17% pada bulan lalu menjadi US$ 724,55 per troy ounce di London. Menurut Joel Crane, strategist Deutsche Bank AG, nilai komoditas tersebut akan semakin merosot ke posisi US$ 600 pada akhir tahun untuk pertama kalinya sejak 2006.
“Emas tidak lagi dipandang sebagai safe haven karena investor melihatnya sebagai bagian dari kelas komoditas. Nah, saat ini harga komoditas sangat buruk. Meskipun hal ini disebabkan oleh krisis kredit, namun memegang dana tunai dianggap lebih aman,” jelas Crane.
Deutsche Bank sendiri memprediksi, harga emas tahun ini di London akan turun sebesar 13%. Dengan demikian, harga rata-rata emas akan berada pada kisaran US$ 861 pada tahun 2008 dan US$ 750 pada tahun depan.
Pada minggu lalu, UBS AG sudah menurunkan prediksi harga emas tahun 2009 dari US$ 825 menjadi US$ 700. Sedangkan harga rata-rata emas untuk pengantaran cepat akan berada pada level US$ 887,31 tahun ini.
Meski harga emas terus merosot, namun sepertinya hal itu tidak menghentikan para investor untuk menginvestasikan dananya ke logam mulia ini. Buktinya, di SPDR Gold Trust yang merupakan exchange-traded fund (ETF) terbesar untuk emas, melonjak ke rekor tertingginya menjadi 770,6 ton pada 10 Oktober lalu.
Sementara itu, pada 15 Oktober lalu, Zuercher Kantonalbank bilang bahwa harga emas kembali mengalami lonjakan akibat tingginya permintaan.