kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diserbu bisnis online, toko-toko di high street sepi pengunjung


Senin, 12 Agustus 2019 / 21:29 WIB
Diserbu bisnis online, toko-toko di high street sepi pengunjung
ILUSTRASI. Perekonomian Inggris


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Peningkatan jumlah toko-toko kosong di pusat kota menjadi yang tertinggi selama empat tahun terakhir. Kunjungan ke toko-toko perbelanjaan menurun karena konsumen lebih suka berbelanja secara online daripada pergi ke toko.

Tingkat kekosongan itu naik 10,2% per Juli 2019 atau level tertinggi sejak Januari 2015 silam menurut survei Konsorsium Ritel Inggris dan Springboard.

Dilansir dari BBC, Senin (12/8), jumlah pengunjung juga menurun 1,9% pada Juli 2019 dan merupakan kinerja terburuk selama tujuh tahun. 

Direktur Springboard Diane Wehrle menyatakan bulan Juli 2019 menjadi periode yang menantang untuk bisnis di pusat perbelanjaan dan high street dibandingkan di toko di luar kota.

Dalam survei tersebut, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan di high street menurun 2,7%, sementara pusat perbelanjaan merosot sampai 3,1%. Sebaliknya kunjungan di toko ritel naik 1,2%.

Baca Juga: Inflasi dan penjualan ritel Inggris naik, poundsterling menguat terhadap yen

Wehrle menyebut, permintaan konsumen semakin terpolarisasi antara kenyamanan, pengalaman dan kinerja yang lebih kuat di luar kota di mana kunjungan naik 1,2% pada Juli ini. Hal ini mencerminkan fakta bahwa toko ritel menjembatani kesenjangan antara kenyamanan dan pengalaman.

“Mereka tidak hanya menawarkan lingkungan belanja yang dapat diakses konsumen dengan parkir gratis, klik mudah dan mengumpulkan peluang untuk pembelian online tetapi banyak juga menggabungkan ini dengan pengalaman yang ditingkatkan yang mencakup kedai kopi dan restoran santai serta beberapa fasilitas rekreasi,” jelasnya.

Pusat perbelanjaan di Stockton-on-Tees, Inggris menggunakan pengeras suara untuk memainkan lagu Empire State of Mind tapi musik tersebut gagal membujuk pembeli datang.

Pada tahun 2018, data dari Pusat Penelitian Ritel menunjukkan lebih dari 2.500 sebagian besar bisnis ritel kelas menengah maupun besar telah gagal mengembangkan bisnisnya. Joshua Bamfield dari organisasi tersebut memperkirakan bisnis ritel akan lebih buruk di 2019.

Anggota Dewan Kabinet untuk regenerasi dan perumahan di Borough, Inggris menilai kondisi tersebut telah membuat Stockton-On-Tees menghadapi kerugian dan diikuti Marks & Spencer serta sekarang Dabenmas yang akan tutup.

Baca Juga: Kesulitan likuiditas, Metro Bank butuh modal tambahan £ 350 juta

British Retail Consortium (BRC) mengkhawatirkan kenaikan jumlah toko yang kosong. Kepala Eksekutif BRC Helen Dickson menegaskan jika pemerintah ingin menghindari lebih banyak toko kosong di pusat-pusat kota kami maka mereka harus meringankan sebagian tekanan terhadap High Street.

"Saat ini, ritel menyumbang 5% dari ekonomi, namun harus membayar 10% dari semua biaya bisnis dan 25% dari semua pajak bisnis. Angka-angka lowongan yang meningkat menunjukkan ini sama sekali tidak berkelanjutan. Kami membutuhkan pembekuan segera serta memperbaiki bantuan transisi ke toko-toko melalui subsidi bank di sentral London,” pungkasnya.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×