Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar Amerika Serikat (AS) mencatat pemulihan tipis pada perdagangan Asia Selasa (2/9/2025) pagi setelah tertekan selama lima hari berturut-turut.
Investor kini menanti pembukaan kembali pasar keuangan AS usai libur Labor Day.
Baca Juga: AS-India Panas Dingin, Keluarga Miliarder Ambani Tunda Acara Budaya di New York
Melansir Reuters, Indeks dolar tercatat naik 0,1% menjadi 97,709, setelah sehari sebelumnya menyentuh posisi terendah sejak 28 Juli.
Tekanan jual terhadap dolar semakin besar lantaran pelaku pasar mencari aset lindung nilai alternatif, seperti emas, yang saat ini diperdagangkan mendekati level rekor.
Pelemahan dolar juga dipicu oleh serangan Presiden AS Donald Trump terhadap The Federal Reserve, termasuk keputusannya memberhentikan Gubernur Lisa Cook.
Kebijakan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa Gedung Putih tengah mengikis independensi bank sentral di saat prospek penurunan suku bunga masih belum jelas.
“Fed tampaknya berada di posisi yang bisa memulai siklus penurunan suku bunga. Itulah mengapa investor melihat daya tarik emas semakin kuat,” ujar Chris Weston, Kepala Riset Pepperstone Group di Melbourne.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Selasa (2/9) Pagi, Brent ke US$ 68,35 & WTI ke US$ 64,82
Harga emas berlanjut naik, menuju reli enam hari, setelah pada Senin sempat menyentuh level tertinggi sejak 21 April.
Emas berjangka terakhir diperdagangkan naik 0,2% di posisi US$ 3.482,55 per troy ounce, sementara perak terkoreksi 1,2% usai mencapai level tertinggi 14 tahun.
Terhadap yen, dolar menguat tipis 0,1% di 147,33 yen, masih berada dalam rentang perdagangan yang sama sejak awal Agustus.
Sepanjang pekan ini, data ekonomi AS untuk periode Agustus akan menjadi sorotan pasar. Investor ingin mengukur seberapa besar dampak kebijakan Trump terhadap aktivitas industri dan pasar tenaga kerja.
Data yang ditunggu mencakup indeks manufaktur dan jasa ISM, serta laporan ketenagakerjaan non-pertanian (non-farm payrolls).
Sementara itu, euro melemah tipis 0,03% menjadi US$ 1,1707 setelah data Senin menunjukkan PMI manufaktur zona euro (HCOB) mencatat ekspansi pertama dalam tiga tahun terakhir. Data inflasi konsumen (CPI) Agustus juga dijadwalkan rilis pada Selasa ini.
Dolar Australia terkoreksi tipis 0,1% di US$ 0,6549 setelah reli lima hari beruntun yang membawa posisi mata uang tersebut ke level tertinggi dalam lebih dari dua pekan.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Hari Ini dari Indo Premier, Ada OASA dan ARCI!
Dolar Selandia Baru (kiwi) stagnan di US$ 0,5903 setelah reli tiga hari yang mengangkatnya ke posisi tertinggi dua pekan.
Sementara itu, pound sterling diperdagangkan di US$ 1,3539, turun 0,1% setelah menyentuh level tertinggi dua pekan pada Senin.