Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sejumlah ahli meyakini, dominasi dolar tidak akan memudar dalam waktu dekat. Mereka juga berpendapat, pernyataan yang telah memperingatkan baru-baru ini tentang ekonomi global dan terjadinya de-dolarisasi memiliki kesalahan pada konsep utamanya.
Mengutip Business Insider, beberapa waktu belakangan, ada pembahasan yang berkembang bahwa dolar AS dapat segera digantikan oleh mata uang saingan, baik sebagai mata uang cadangan di bank sentral di seluruh dunia, maupun mata uang yang digunakan dalam persentase perdagangan global yang luar biasa.
Pengamat vokal, seperti CEO Tesla Elon Musk, telah memperingatkan bahwa ancaman de-dolarisasi itu nyata, karena negara-negara seperti China mengambil tindakan untuk menggantikan dolar.
Sebelumnya diberitakan, posisi Raja Dolar tengah goyah. Munculnya rasa bosan dengan greenback yang terlalu kuat dan senjata baru, beberapa negara dengan perekonomian terbesar dunia sedang mencari cara untuk menghindari mata uang AS.
Selain itu, negara-negara yang lebih kecil, termasuk setidaknya belasan negara di Asia, juga bereksperimen dengan de-dolarisasi. Dan korporasi di seluruh dunia menjual porsi utang mereka yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam mata uang lokal, mewaspadai penguatan dolar lebih lanjut.
Baca Juga: BRICS Mulai Dedolarisasi, Indonesia Ternyata Sudah Lebih Dulu Melakukannya
Melansir Bloomberg, tidak ada yang mengatakan bahwa greenback akan ditinggalkan dalam waktu dekat sebagai alat tukar utama. Sebutan bahwa dollar sudah mencapai puncaknya telah berkali-kali terbukti prematur.
Namun belum lama ini, hampir tidak terpikirkan oleh negara-negara lain untuk mengeksplorasi mekanisme pembayaran yang melewati mata uang AS atau jaringan SWIFT yang mendukung sistem keuangan global.
Sekarang, kekuatan dolar yang luar biasa, penggunaannya di bawah Presiden Joe Biden untuk memberlakukan sanksi terhadap Rusia tahun ini dan inovasi teknologi baru, mendorong sejumlah negara untuk mulai mempertimbangkan penggunaan mata uang lainnya.
Sayangnya, pejabat keuangan global enggan mengomentari perkembangan ini.
“Ini hanya akan mengintensifkan upaya di Rusia dan China untuk mencoba mengelola bagian mereka dari ekonomi dunia tanpa dolar,” kata Paul Tucker, mantan wakil gubernur Bank of England dalam podcast Bloomberg.
Menulis dalam buletin minggu lalu, John Mauldin, ahli strategi investasi dan presiden Millennium Wave Advisors mengatakan, pemerintahan Biden membuat kesalahan dalam mempersenjatai dolar AS dan sistem pembayaran global.
“Itu akan memaksa investor dan negara non-AS untuk mendiversifikasi kepemilikan mereka di luar tempat berlindung tradisional AS,” kata Mauldin.
Business Insider mewawancarai tiga ekonom terkait dedolarisasi. Mereka berpendapat, sangat kecil kemungkinan dolar akan digulingkan oleh saingannya dalam waktu dekat.
Baca Juga: Cadangan devisa emas naik lagi pada Agustus, simak pendorongnya menurut ekonom