Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mereka menyanggah lima mitos dan kesalahpahaman yang biasanya disebut-sebut oleh para peramal dolar:
1. Bank-bank sentral dengan cepat menumpahkan dolar sebagai mata uang cadangan
Penggunaan dolar sebagai mata uang cadangan global sebenarnya tetap stabil dari tahun ke tahun, dan meskipun ada penurunan kecil dalam cadangan dolar, greenback sejauh ini masih merupakan mata uang cadangan terbesar di antara bank sentral dunia.
Menurut data Dana Moneter Internasional (IMF), AS menyumbang 54% dari cadangan devisa pada kuartal keempat 2022, turun sedikit dari 54,8% yang tercatat pada kuartal keempat 2021.
Cadangan dolar masih mengerdilkan volume semua mata uang cadangan lainnya, dengan euro menyumbang sekitar 19% dari cadangan, dan yen Jepang hanya menyumbang 5% pada kuartal keempat tahun lalu.
Itu karena petahana dolar sangat sulit untuk digantikan, menurut Bob Stark, kepala strategi pasar di Kyriba. Dia juga bilang, begitu sebuah mata uang diakui sebagai mata uang yang aman, negara-negara biasanya akan memilih mata uang tersebut untuk disimpan kecuali jika ada pergeseran ekonomi yang seismik.
"Jika Anda mentransaksikan sesuatu hingga jutaan atau miliaran hanya sebagai sebuah organisasi, atau jika Anda ingin memarkir uang Anda di suatu tempat dan ingin sekuat mungkin, Anda mungkin akan memilih dolar AS karena itu mata uang yang paling stabil. Itu saja," kata Stark.
Baca Juga: Kurangi Ketergantungan Dolar Jadi Faktor Beberapa Negara Pertebal Cadangan Emas
2. Dolar kehilangan posisinya sebagai mata uang teratas dalam perdagangan global
Klaim ini juga tidak didukung oleh data. Menurut data dari Bank of International Settlements, dari 7,5 juta transaksi mata uang yang terjadi setiap hari hingga April 2022, dolar AS menyumbang setidaknya satu sisi dalam 6,6 juta transaksi. Ini berarti dolar AS memiliki peran dalam 88% dari seluruh perdagangan global.
Menurut Jay Zagorsky, seorang profesor pasar di Universitas Boston mengatakan kepada Insider, angka itu tetap relatif stabil selama beberapa dekade terakhir – meskipun upaya terkonsentrasi oleh beberapa negara untuk menghindari penggunaan dolar.
"Selama 35 tahun terakhir, pangsa dolar tidak berubah," kata Zagorsky. "Saya pikir jumlah retorika politik telah sangat memanas, tetapi tindakan orang tidak berubah."
Baca Juga: Cadangan devisa emas naik lagi pada Agustus, simak pendorongnya menurut ekonom