kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Dubes China di AS: Beijing siap lanjutkan negosiasi dagang dengan Washington


Rabu, 22 Mei 2019 / 14:13 WIB
Dubes China di AS: Beijing siap lanjutkan negosiasi dagang dengan Washington


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/BEIJING. Duta Besar China untuk Amerika Serikat (AS) Cui Tiankai mengatakan, Beijing siap melanjutkan pembicaraan perdagangan dengan Washington. Hal itu dikatakan untuk merespon ketidakpastian kelanjutan perang dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia tersebut.

Mengutip Reuters, Rabu (22/5), Cui saat berbicara kepada Fox News Channel mengatakan bahwa Beijing masih terbuka untuk pembicaraan. “Tiongkok tetap siap untuk melanjutkan pembicaraan kami dengan kolega Amerika kami untuk mencapai kesimpulan. Pintu kami masih terbuka, ”kata Cui, Selasa.

Ia melanjutkan kebuntuan pembicaraan saat ini terjadi karena pihak AS sering berubah pikiran terhadap apa yang sudah disepakati untuk mengakhiri perselisihan perdagangan A.S-China.

Menurut Cui bukan China yang memutar haluan balik terhadap kesepakatan, melainkan negosiator AS lah yang tiba-tiba mundur dari beberapa kesepakatan sebelumnya. Padahal kesepakatan tersebut telah disetujui secara tentatif selama setahun pembicaraan dagang terakhir ini.

"Sangat jelas bahwa pihak AS yang lebih dari satu kali berubah pikiran dalam semalam dan melanggar kesepakatan tentatif yang telah dicapai," kata Cui. Ia mengatakan padahal China masih berkomitmen untuk melakukan apa pun yang telah mereka setujui untuk dilakukan. "Tetapi pihak AS-lah yang sering berubah pikiran," tuturnya.

Cui menambahkan bahwa pembatasan AS terhadap Huawei yang dilakukan tanpa dasar dan bukti dapat merusak fungsi normal pasar. “Semua orang tahu Huawei adalah perusahaan swasta. Itu hanya perusahaan swasta China ”kata Cui. "Jadi semua tindakan yang diambil terhadap Huawei bermotivasi politik,"terangnya.

Pada Juni 2018, Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross mengadakan negosiasi dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He terkait tawaran China untuk meningkatkan pembelian barang-barang AS sekitar US$ 70 miliar dolar. Tetapi Presiden AS Donald Trump tidak menerima tawaran itu, malah Trump memilih mulai mengenakan tarif pada barang-barang China.

Minggu ini, Presiden China Xi Jinping meminta jajarannya untuk mempersiapkan sebuah perjalanan panjang yang baru (a new Long March). Hal itu ia katakan untuk membangkitkan semangat patriotik dalam diri anggota Partai Komunis.

Xi tidak menyebut perkataannya itu ada hubungan langsung dengan perang perdagangan, tetapi analis pasar keuangan menafsirkan pernyataannya sebagai tanda bahwa Beijing sedang bersiap-siap untuk perselisihan yang berkepanjangan dengan Washington.

Perusahaan AS hadapi pembalasan

Kadin Amerika di China, mengutip hasil survei baru-baru ini, mengatakan bahwa anggota mereka menghadapi peningkatan hambatan di China. Sebagai contoh seperti inspeksi pemerintah, bea cukai yang lebih lambat dan persetujuan yang lebih lambat untuk perizinan dan aplikasi lain.

Kadin Amerika di China juga mengatakan bahwa 40,7% responden mempertimbangkan atau telah merelokasi fasilitas manufaktur di luar China.

Dari hampir 250 responden yang disurvei, yang dilakukan setelah China dan Amerika Serikat sama-sama menaikkan tarif atas impor satu sama lain awal bulan ini, hampir tiga perempat mengatakan dampak tarif telah merusak daya saing mereka.

Untuk mengatasinya, sekitar sepertiga perusahaan AS mengatakan mereka semakin memfokuskan operasi mereka di China untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di Tiongkok dan bukan untuk ekspor. Sementara sepertiga lainnya mengatakan mereka menunda dan membatalkan keputusan investasi di China.

Komunitas bisnis AS di China dalam beberapa tahun terakhir juga mengeluhkan bahwa mereka mengalami kebijakan perdagangan yang diskriminatif di China akibat gesekan perang dagang dengan AS.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×