kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi China Diramal Tidak Akan Mampu Salip Ekonomi AS hingga Tahun 2080


Kamis, 01 Februari 2024 / 09:35 WIB
Ekonomi China Diramal Tidak Akan Mampu Salip Ekonomi AS hingga Tahun 2080
ILUSTRASI. Citi mengatakan bahwa perekonomian China belum akan mampu melampaui AS. REUTERS/Kevin Lamarque


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Menurut analisa sebuah bank investasi terkemuka, tingkat utang China yang sangat besar, populasi yang menua, dan krisis properti yang sedang berlangsung membuat China mungkin tidak akan pernah bisa melampaui AS untuk menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Mengutip The Telegraph, Nathan Sheets, kepala ekonom global di Citi dan mantan pejabat Departemen Keuangan AS di pemerintahan Obama, mengatakan bahwa perekonomian China belum akan mampu melampaui AS setelah Beijing kehilangan kekuatan besar dalam dua tahun terakhir.

Sheets menunjukkan bahwa ekonomi China sebenarnya telah menyusut dibandingkan dengan ekonomi AS. Dia bilang, perekonomian China kini setara dengan 65% PDB Amerika, turun dari 75% pada tahun 2021.

Ekonom Wall Street ini mengatakan banyak faktor yang mendorong kebangkitan China menjadi negara adidaya ekonomi global selama dua dekade terakhir kini mulai memudar.

Misalnya saja, manfaat urbanisasi, yang mana jutaan pekerja berpindah dari pedesaan ke kota, kini sebagian besar telah “dimanfaatkan”. 

Selain itu, negara ini juga memiliki populasi yang menua, dengan hampir sepertiganya diperkirakan berusia di atas 60 tahun pada tahun 2040 menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca Juga: Buntut Kasus Evergrande Diyakini Tidak Akan Merembet ke Indonesia

Pertumbuhan konstruksi yang didorong oleh utang yang membantu menggerakkan perekonomian dalam negeri juga terhenti. 

Awal pekan ini seorang hakim Hong Kong memerintahkan likuidasi pengembang Tiongkok Evergrande, perusahaan properti yang paling banyak berutang di dunia, sebagai perwujudan simbolis dari keterpurukan tersebut.

Sheets, yang menjabat sebagai wakil menteri urusan internasional di Departemen Keuangan AS pada masa pemerintahan Presiden Obama, memperkirakan bahwa perekonomian China akan tumbuh rata-rata sebesar 4% dalam jangka menengah, turun dari level 10% sebelum krisis keuangan.

“Tantangan muncul dari tingkat utang yang tinggi, tekanan pada sektor properti, demografi yang menua, dan hambatan geopolitik. Pemerintah telah meresponsnya dengan berupaya mendorong manufaktur maju, produksi berteknologi tinggi, dan infrastruktur ramah lingkungan. Namun apakah dorongan ini akan cukup masih menjadi pertanyaan terbuka,” jelas Sheets.

Kemunduran yang terjadi selama dua tahun terakhir berarti bahwa asumsi dasar Citi adalah bahwa perekonomian China kini hanya akan melampaui Amerika Serikat pada “awal tahun 2040-an”. 

Baca Juga: China Beri Stimulus untuk Mendorong Ekonomi, Bagaimana Dampaknya Bagi Rupiah?

Sheets mengatakan “masuk akal” bahwa peralihan tersebut akan memakan waktu hingga “sampai tahun 2080”. 

Para analis telah memperkirakan selama bertahun-tahun bahwa Tiongkok akan melampaui AS sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia berkat tingkat pertumbuhannya yang cepat dan melambatnya ekspansi di negara-negara Barat.

Goldman Sachs mulai berspekulasi pada tahun 2003 bahwa Tiongkok dapat menyalip Amerika Serikat pada tahun 2041.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×