kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi China Diramal Tidak Akan Mampu Salip Ekonomi AS hingga Tahun 2080


Kamis, 01 Februari 2024 / 09:35 WIB
Ekonomi China Diramal Tidak Akan Mampu Salip Ekonomi AS hingga Tahun 2080
ILUSTRASI. Citi mengatakan bahwa perekonomian China belum akan mampu melampaui AS. REUTERS/Kevin Lamarque


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Pada saat itu, ukuran ekonomi Tiongkok hanya 15% dari ukuran AS. Namun perekonomiannya tumbuh pesat setelah bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada awal milenium. Akibatnya, banyak pengamat mulai memperkirakan bahwa Tiongkok bisa menyalip Amerika Serikat pada dekade ini.

Namun, kebijakan nol-Covid di Beijing telah menyebabkan perlambatan besar dalam beberapa tahun terakhir. 

Sikap terhadap Beijing juga semakin keras di Kongres, baik dari Partai Republik maupun Demokrat yang menyerukan pemutusan hubungan ekonomi dan keuangan dengan China, termasuk penghapusan tarif rendah yang diberlakukan pada barang-barang China ketika negara tersebut bergabung dengan WTO.

Lebih cerah dari yang terlihat

Pendapat berbeda diungkapkan oleh seorang mantan penasihat Bank Rakyat China, Yu Yongding.

Mengutip Business Insider, menurut Yu Yongding, meskipun China tampaknya sudah tidak berdaya lagi dalam menghadapi kesulitan ekonomi selama satu tahun terakhir, namun prospeknya lebih cerah dari yang terlihat.

"Negara ini masih berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target pertumbuhan PDB tahunan sebesar 5% tahun ini, selama Beijing bersandar pada stimulus fiskal," tulis Yu Yongding dalam Project Syndicate.

Baca Juga: China: Hubungan Kami dengan AS Terhambat Isu Kemerdekaan Taiwan

Beijing telah memberlakukan kebijakan yang menunjukkan kesediaannya untuk memperluas stimulus, seperti penerbitan obligasi pemerintah senilai US$ 137 miliar pada tahun lalu. 

Selain itu, baru-baru ini, China juga menurunkan persyaratan modal bank untuk meningkatkan likuiditas ekonomi sebesar US$ 140 miliar.

Prospek Yongding berbeda dengan proyeksi yang kurang optimis, seperti perkiraan pertumbuhan Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 4,6%. 

Ia juga tampak tidak terpengaruh oleh utang daerah yang tinggi dan sektor real estat yang tidak stabil, dan menyatakan bahwa masalah-masalah tersebut adalah masalah yang dapat dikelola.

“Pemerintah China memiliki sumber daya keuangan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan ini secara langsung,” tulisnya. 

Dia menambahkan, “Dengan menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansif dan melakukan reformasi yang berarti, China akan berada pada posisi yang tepat untuk membalikkan perlambatan ekonomi yang telah berlangsung selama satu dekade pada tahun 2024 dan mempertahankan pertumbuhan yang kuat di tahun-tahun mendatang.”

Pada tahun 2023, tingkat konsumsi China menyumbang 82,5% terhadap ekspansi PDB. Namun karena momentum ini sepertinya tidak akan bertahan lama – dan dengan pertumbuhan ekspor bersih China yang sudah menurun – Beijing harus meningkatkan investasi infrastruktur sebesar lebih dari 10%.

Karena alasan ini, perekonomian China menghadapi dua deflasi, yaitu indeks harga konsumen dan produsen berada di zona merah, tulis Yongding. 

Artinya, Beijing dapat menyuntikkan stimulus fiskal dalam jumlah besar tanpa mengkhawatirkan inflasi.

Selanjutnya: Kembangkan Destinasi Terbaru di Gili Trawangan, SHG Buka Hotel Mewah

Menarik Dibaca: Kembangkan Destinasi Terbaru di Gili Trawangan, SHG Buka Hotel Mewah




TERBARU

[X]
×