Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Data aktivitas perekonomian China di April 2018 kurang menggembirakan. Investasi dan penjualan ritel lebih lemah dari perkiraan analis. Pertumbuhan penjualan ritel melambat menjadi 9,4% pada April 2018, meleset dari perkiraan analis 10% dan di bawah pertumbuhan Maret 2018 di level 10,1%.
Elemen positif hanya datang dari produksi industri yang di atas dari perkiraan analis karena produksi otomotif dan baja melonjak. "Kegiatan industri didukung oleh berkurangnya pengawasan polusi udara di musim dingin. Tapi ada tanda bahwa ekonomi China kehilangan momentumnya," ujar Julian Evans-Pritchard, ekonom senior Capital Economics China seperti dikutip Reuters.
Biro Statistik Nasional China melaporkan produksi industri naik 7% di April 2018. Realisasi tersebut di atas perkiraan kenaikan analis di level 6,3%. Angka itu juga meningkat dari tujuh bulan terendahnya di 6% pada Maret 2018.
Sementara kinerja ekspor impor secara mengejutkan masih solid di tengah kekhawatiran perang dagang dengan AS. Namun sebuah survei bisnis menunjukkan ada potensi pelemahan tajam pada pesanan ekspor. Ini kemungkinan karena adanya kekhawatiran menumpuknya barang-barang di gudang jika AS dan China mulai memberlakukan tarif ekspor impor tinggi.
Investasi melambat
Beberapa perusahaan juga berpotensi mengirim barang lebih cepat sebelum ada perubahan kebijakan ke depannya. Sejauh ini Beijing dan Washington masih berusaha untuk melanjutkan negosiasi di minggu ini, diawali dengan pernyataan Trump yang akan mencabut sanksi untuk ZTE.
Pertumbuhan investasi tumbuh melambat cukup banyak di beberapa pos. Biaya pinjaman yang meningkat sebagai efek dari regulasi pemerintah untuk mengurangi pinjaman berisiko telah berdampak pada aktivitas investasi.
Pertumbuhan investasi pada aset tetap melambat menjadi 7% pada Januari-April 2018 dibanding periode sama di 2017. Sementara pertumbuhan investasi sektor swasta menjadi 8,4% dari 8.9% dalam tiga bulan pertama. Investasi di sektor swasta telah menyumbang sekitar 60% keseluruhan investasi di China.
Adapun pertumbuhan belanja infrastruktur yang menjadi penggerak ekonomi China di tahun lalu melambat menjadi 12,4% di empat bulan pertama 2018 dibanding pertumbuhan 13% pada periode sama di tahun 2017.
Tren itu kemungkinan akan terus berlanjut karena Beijing memaksa pemerintah daerah untuk mengurangi pengeluaran untuk menahan penambahan utang.
Pasar properti China juga menunjukkan tanda-tanda tekanan karena efek dari kenaikan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR). Itu sebabnya penjualan rumah melambat karena pengawasan pemerintah yang ketat untuk melawan spekulasi dan mengawasi harga jual rumah