kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi Rusia Memasuki Masa Sulit Setelah Diganjar Sanksi Barat


Selasa, 19 April 2022 / 18:30 WIB
Ekonomi Rusia Memasuki Masa Sulit Setelah Diganjar Sanksi Barat
ILUSTRASI. Mata uang Rusia Rubel. Ekonomi Rusia Memasuki Masa Sulit Setelah Diganjar Sanksi Barat


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kepala Bank Sentral Rusia (CBR), Elvira Nabiullina, mengakui bahwa ekonomi negaranya tengah memasuki periode penyesuaian besar untuk mengatasi dampak sanksi yang diberikan AS dan sekutunya ke Moskow. Hal tersebut diberitakan media Rusia, RT.com. 

“Ekonomi kita memasuki masa sulit perubahan struktural terkait dengan sanksi. Seperti yang saya katakan, sanksi terutama mempengaruhi pasar keuangan, tetapi sekarang mereka akan semakin mempengaruhi perekonomian,”kata Nabiullina, berbicara di Duma (Parlemen) negara itu, Senin (18/4). 

Menurut pejabat tersebut, Rusia masih memiliki cadangan untuk mendukung ekonomi, tetapi mereka tidak akan dapat mempertahankannya lebih lama, terutama setelah kira-kira setengahnya dibekukan di luar negeri oleh sanksi yang diterapkan Barat. 

“Masa ekonomi bisa hidup dengan cadangan sudah berakhir. Dan (ini) sudah di kuartal kedua--awal kuartal ketiga, kita akan memasuki masa transformasi struktural dan pencarian model bisnis baru,” ujarnya.

Baca Juga: BI Pangkas Proyeksi Defisit Transaksi Berjalan (CAD) pada 2022

Nabiullina mencatat bahwa sementara Rusia masih memiliki kesempatan untuk menggunakan sekitar setengah dari cadangannya (sekitar US$ 300 miliar), cadangan ini sebagian besar terdiri dari emas, yuan, dan hak penarikan IMF, yang tidak membantu dalam mengelola situasi dengan mata uang di pasar domestik.

Pejabat itu memuji langkah-langkah yang telah diperkenalkan Rusia untuk mendukung ekonomi di tengah sanksi, termasuk beralih ke sistem komunikasi keuangannya sendiri, SPFS, setelah negara itu terputus dari sistem SWIFT pada Maret lalu.

“Ketika ancaman pemutusan sambungan dari SWIFT pertama kali muncul pada tahun 2014, kami mengembangkan SPFS, yang beroperasi sesuai dengan standard SWIFT. Peserta asing yang tertarik bekerja sama dengan mitra Rusia dapat bergabung dan sudah bergabung. Saat ini sudah ada 52 organisasi asing dari 12 negara yang tergabung dalam SPFS,” ujarnya.

Nabiullina menekankan bahwa sanksi telah memotong sebagian besar ekonomi Rusia dari penyelesaian dalam mata uang cadangan, dolar AS dan euro. Karena itu penting bagi Rusia dan mitra ekonominya untuk mengembangkan pembayaran dalam mata uang nasional negara itu. 

Baca Juga: Rusia Mensinyalkan Pemotongan Suku Bunga Lebih Lanjut & Lebih Banyak Alokasi Anggaran

“Kita juga tidak memulai dari awal (untuk hal ini). Kita telah meluncurkan dan mengembangkan proyek bilateral semacam itu dengan sejumlah negara. Sekarang kita sedang bernegosiasi dengan mitra di berbagai negara untuk menormalkan situasi dengan pembayaran sesegera mungkin,”kata kepala bank sentral itu menjelaskan.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×