Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - WELLINGTON. Ekonomi Selandia Baru kembali tumbuh di kuartal III-2025, mengonfirmasi indikasi awal peningkatan momentum setelah periode aktivitas lemah yang berkepanjangan dan membuat peluang yang sudah kecil bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga acuan menjadi semakin kecil.
Kamis (18/12/2025), data resmi menunjukkan produk domestik bruto (PDB) Selandia Baru di kuartal III-2025 naik 1,1% dibanding kuartal II-2025. Realisasi tersebut lebih baik dari perkiraan analis dengan pertumbuhan ekonomi 0,9% dan perkiraan Bank Sentral Selandia Baru sebesar 0,4%.
Hal ini menyusul revisi kontraksi triwulanan sebesar 1,1% pada kuartal II-2025. Secara tahunan, ekonomi Selandia Baru tumbuh 1,3% di kuartal III-2025.
"Data telah membaik dan titik awal ekonomi lebih tinggi, tetapi kapasitas cadangan tetap berlebih — masih panjang perjalanan untuk keluar dari lubang ekonomi ini. Tetapi kita akan mengambil pertumbuhan di mana pun kita bisa mendapatkannya," kata para ekonom ASB Bank dalam sebuah catatan.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Menguat 1% Disokong Blokade Venezuela oleh Trump
Ekonomi Selandia Baru telah berjuang sejak tergelincir ke dalam resesi di tahun lalu, mengalami kontraksi dalam tiga dari enam kuartal terakhir dengan kepercayaan yang menurun dan pengangguran yang meningkat.
Dalam upaya berkelanjutan untuk menopang pertumbuhan, Bank Sentral Selandia Baru telah memangkas suku bunga acuan sebesar 275 basis poin sejak Agustus 2024, termasuk seperempat poin persentase pada bulan November ketika juga memberi sinyal berakhirnya siklus pelonggaran kebijakan moneter.
Bank sentral memperkirakan suku bunga acuan akan tetap stabil di 2,25% sepanjang tahun depan, karena para pembuat kebijakan berpendapat bahwa ekonomi sedang membaik dan waspada terhadap inflasi yang akan kembali meningkat.
Setelah rilis data, pasar sedikit mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga pada Mei 2026 menjadi 11 basis poin dari 13 basis poin. Dolar Selandia Baru sedikit berubah pada $0,5774.
Ekonom Westpac mengatakan dalam sebuah catatan bahwa meskipun angka PDB merupakan hasil yang lebih kuat daripada yang diperkirakan RBNZ pada pertemuan November dan menyiratkan penilaian kapasitas berlebih yang lebih rendah, "perlu diingat bahwa penetapan harga pasar jauh lebih maju daripada RBNZ saat ini."
Baca Juga: Rekor, FIFA Siapkan Hadiah Rp11,5 Triliun untuk Piala Dunia 2026
"Oleh karena itu, kemungkinan tidak perlu memperkirakan pengetatan tambahan yang signifikan pada tahun 2026. Meskipun mungkin peluang kecil untuk penurunan lebih lanjut pada tahun 2026 sekarang lebih kecil di mata RBNZ," tambahnya.
Meskipun pasar telah memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga tahun depan, Gubernur RBNZ yang baru, Anna Breman, menepis spekulasi tersebut minggu ini dan menekankan bahwa suku bunga kemungkinan akan tetap rendah sepanjang tahun.













