kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonominya terus tumbuh, Bank Dunia berharap China menyumbang lebih banyak ke IDA


Minggu, 17 Oktober 2021 / 07:10 WIB
Ekonominya terus tumbuh, Bank Dunia berharap China menyumbang lebih banyak ke IDA


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Bank Dunia David Malpass berharap China mau berkontribusi lebih banyak dalam memberikan bantuan kepada negara berpenghasilan rendah melalui Dana Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA).

Melansir Reuters, Malpass menyampaikan harapannya tersebut kepada Komite Bretton Woods, sebuah kelompok pendukung yang berbasis di AS, pada hari Kamis (14/10). Malpass mengatakan bahwa Bank Dunia saat ini berusaha mengumpulkan sekitar US$ 100 miliar untuk IDA.

Bukan hanya China, Malpass juga berupaya menjangkau Rusia, Turki, Inggris, dan negara-negara donor lainnya demi mencapai target tersebut.

Pada hari Senin (11/10), Malpass mengumumkan target US$ 100 miliar yang sebelumnya ditetapkan oleh para pemimpin Afrika. Ia menekankan bahwa dana tersebut diperlukan untuk mengatasi perubahan dalam pembangunan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan global sebesar 5,7% pada tahun 2021 dan 4,4% pada tahun 2022. Meskipun demikian, kesenjangan ekonomi antara negara maju dan berkembang diprediksi akan semakin memburuk dan  menghambat upaya untuk mengurangi kemiskinan ekstrem selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Bank Dunia: Utang negara-negara miskin catat rekor US$ 860 miliar di tahun 2020

Malpass mengakui bahwa ekonomi China telah tumbuh sangat pesat dan dengan alasan itu, ia merasa kini China mampu memberikan donasi yang lebih besar ke IDA. Malpass juga menyoroti Jepang yang disebut telah berkomitmen untuk memberikan kontribusi yang lebih besar.

Presiden Bank Dunia juga mengatakan bahwa saat ini Bank Dunia sedang mencari pengecualian kongres AS yang akan memungkinkan IDA untuk menawarkan sekuritas di pasar modal AS dengan harga yang lebih kompetitif.

"Bank Pembangunan Asia, Bank Pembangunan Inter-Amerika dan lembaga-lembaga lain sudah memiliki pengecualian tersebut, tetapi IDA tidak," ungkap Malpass.

Whitney Debevoise dari firma hukum Arnold & Porter, juga mantan direktur eksekutif AS di Bank Dunia, mengatakan bahwa pengecualian tersebut dapat menghemat ratusan juta dolar dana IDA.

Selanjutnya: Rupiah diprediksi jadi yang terkuat di Asia selama sisa tahun 2021




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×