kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah diprediksi jadi yang terkuat di Asia selama sisa tahun 2021


Senin, 11 Oktober 2021 / 12:02 WIB
Rupiah diprediksi jadi yang terkuat di Asia selama sisa tahun 2021
ILUSTRASI. Rupiah diprediksi akan jadi yang terkuat di Asia selama sisa tahun 2021.


Sumber: Bloomberg | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Rupiah diprediksi akan menjadi mata uang dengan performa terbaik di Asia selama sisa tahun 2021. Kenaikan harga yang mendorong surplus perdagangan Indonesia jadi salah satu faktor penguatnya.

Pada Jumat (15/10), Indonesia akan mengumumkan neraca perdagangan September 2021. Tren positif diprediksi akan kembali terlihat, menyusul rekor surplus US$ 4,74 miliar yang terjadi pada Agustus. Bloomberg mencatat, itu adalah rekor yang ke-16 secara berturut-turut.

Kursi rupiah menguat 1,3% pada kuartal ketiga tahun ini, sementara banyak mata uang negara Asia lainnya mengalami pelemahan seiring peningkatan imbal hasil obligasi AS

Baca Juga: Kurs rupiah menguat ke Rp 14.212 per dolar AS jelang siang hari ini

Bank Indonesia (BI) saat ini disebut memiliki banyak senjata untuk mendukung rupiah jika imbal hasil obligasi AS meningkat lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.

"Kami terus bersandar secara positif pada rupiah dan mengharapkannya untuk tetap menjadi salah satu yang berkinerja terbaik di seluruh emerging market Asia berdasarkan total penguatan di kuartal keempat,” kata Divya Devesh, Head of Research FX ASEAN dan Asia Selatan di Standard Chartered Bank, seperti dikutip Bloomberg.

Lebih lanjut, Devesh mencatat, Indonesia berada dalam posisi yang lebih baik sebelum taper tantrum 2013. Surplus neraca transaksi berjalan tahun ini bakal mencapai US$ 13 miliar berbanding defisit US$ 12 miliar yang terjadi delapan tahun lalu.

Di sisi lain, rupiah tetap harus waspada di sisa tahun ini. Ketidakmampuannya untuk menembus level resistensi di Rp 14.200 per dolla AS bulan lalu jadi salah satunya. 

Selain itu, kenaikan imbal hasil US Treasury yang terus meningkat juga akan membebani daya tarik carry trade rupiah. Dana asing telah menjual kepemilikan surat utang negara selama 13 hari berturut-turut hingga 5 Oktober secara bersih, Bloomberg melaporkan.

Baca Juga: Malaysia batalkan proyek kereta cepat meski rugi besar, beda dengan Jokowi




TERBARU

[X]
×