Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Yudho Winarto
BEIJING. Uber Technologies Inc serius memperbesar ekspansi ke China. Perusahaan layanan pemesanan kendaraan ini bahkan dikabarkan telah berhasil menggalang dana US$ 1,4 miliar untuk ekspansi bisnis di China.
Investor yang telah menanamkan modal ke Uber China salah satunya adalah Baidu Inc, sebuah unit dari China Citic Group Corp. Selain itu, ada juga China Life Insurance Co. Sumber Bloomberg yang mengetahui hal ini mengatakan, Uber telah menanamkan modal sekitar US$ 300 juta-US$ 500 juta untuk bisnisnya di China.
Tapi, Nairi Hourdajian, Jurubicara Uber dan Jurubicara Baidu Kaiser Kuo menolak berkomentar soal rencana pendanaan tersebut.
China Ping An Group, sebuah perusahaan investasi dan Hillhouse Capital yang memiliki saham di bisnis utama Uber Amerika Serikat, menurut laporan Reuters, juga dikabarkan ikut berinvestasi di Uber China. Namun, ketika dikonfirmasi, perwakilan tim investasi Ping An mengatakan tidak berinvestasi di unit China. Sedangkan Hillhouse enggan berkomentar.
Sumber Reuters bilang, penggalangan dana Uber China sukses bahkan kelebihan permintaan. Pendanaan baru ini akan Uber gunakan untuk menggenjot bisnis di China.
Di China, Uber harus bersaing dengan pemimpin pasar taksi online Didi Kuaidi yang memiliki dukungan bisnis dari raksasa internet lokal Alibaba Group Holding Ltd dan Tencent Holdings.
Uber yang berbasis di San Francisco, AS, ini sudah lama berencana berinvestasi di China. Bahkan, Uber San Francisco akan menanamkan dana lebih dari CNY 7 miliar untuk memperluas pasar di China.
Travis Kalanick, Chief Executive Officer Uber dalam sebuah surat kepada investor pada Juni lalu mengatakan, China merupakan pasar terbesar bagi Uber di luar AS. Bahkan, pertumbuhannya diperkirakan melebihi pertumbuhan bisnis Uber di AS pada akhir tahun ini.
Dalam surat tawaran yang beredar di investor disebut, valuasi Uber China sekitar US$ 7 miliar. Uber China bahkan direncanakan akan terdaftar di bursa Hong Kong atau China setelah lima tahun ke depan.
Menurut Analysis International seperti dikutip Bloomberg, Didi Kuaidi masih menguasai 78% pangsa bisnis layanan mobile pemesanan kendaraan di China.