Reporter: Grace Olivia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspektasi para ekonom dan pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga Inggris pada bulan ini kian redup. Namun, masih ada harapan Bank Sentral Inggris (BoE) akan tetap menaikkan suku bunga di tahun ini, yakni pada Agustus mendatang.
Berdasarkan jajak pendapat Reuters terhadap 62 ekonom sejak 3 Mei hingga 8 Mei lalu, 95% di antaranya meyakini BoE tidak akan menaikkan suku bunga 0,5% dalam bulan ini. Keadaan ini berbalik dari jajak pendapat bulan lalu di mana 69 dari 76 ekonom optimistis suku bunga Inggris akan dikerek 25 basis poin pada Kamis, (10/5), besok.
"Menyusul komentar dovish dari Gubernur Mark Carney pada 19 April, data aktivitas ekonomi yang melemah, kejutan penurunan pada inflasi, dan pertumbuhan PDB yang hanya 0,1 persen di kuartal pertama, kemungkinannya telah merosot," ujar Simon Wells dari HSBC yang mengubah ramalannya, seperti dikutip Reuters, Rabu (9/5).
Hasil dari jajak pendapat ekonom saat ini justru menunjukkan keyakinan bahwa BoE akan menaikkan suku bunga sebesar 0,75% di bulan Agustus nanti. Disusul dengan kenaikkan suku bunga lanjutan sebesar 1% pada kuartal kedua 2019, tepat setelah Inggris dijadwalkan keluar dari Uni Eropa.
"Kami berharap data akan membaik dalam beberapa bulan mendatang, sehingga memungkinkan Komite Kebijakan Moneter menaikkan suku bunga pada Agustus. Kami mengakui bahwa sekarang lebih banyak risiko dan sisi negatifnya, ” tandas Andrew Wishart dari Capital Economics.
Selain keputusan suku bunga acuan, besok, Kamis (10/5), BoE juga akan merilis data inflasi kuartalan. Hasil dari laporan tersebut diperkirakan akan menjadi bahan penjelasan utama bank sentral terkait diundurnya kenaikan suku bunga acuan.
Meski sejauh ini masih di atas target, namun inflasi Inggris terus turun lebh cepat dari perkiraan BoE. Pertumbuhan upah juga terus melorot ke bawah 1% dalam tiga bulan hingga Februari lalu.
Lantas, perekonomian Inggris terseret ke posisi bawah di antara negara-negara G7 lainnya dalam hal tingkat pertumbuhan. Ketidakpastian atas kesepakatan antara Inggris dengan Uni Eropa sebelum jadwal Brexit di bulan Maret tahun depan telah membuat konsumen maupun investor, serta para ekonom bersikap waspada.