kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor Singapura merosot gara-gara perang dagang


Senin, 17 Desember 2018 / 14:19 WIB
Ekspor Singapura merosot gara-gara perang dagang
ILUSTRASI. Kawasan Marina Bay Sands di Singapura


Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Ekspor Singapura turun dalam delapan bulan terakhir pada bulan November. Penurunan ini dipicu oleh turunnya ekspor ke China yang terus berlanjut.

Kontraksi ekspor secara tahunan ini terjadi di tengah tensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Alhasil, negara yang sangat tergantung pada perdagangan ini turut terimbas.

Ekspor nonmigas Singapura turun 2,6% secara tahunan pada bulan November. Angka ini jauh di bawah prediksi polling Reuters yang meramalkan kenaikan 1,2%. Ekspor Singapura ini minus untuk pertama kalinya sejak Maret 2018.

Menurut data International Enterprise Singapore, angka ini pun jauh di bawah pertumbuhan ekspor 8,2% pada bulan Oktober. Meski ekspor ke AS masih sehat, pengiriman ke China terus menekan pertumbuhan keseluruhan," kata Sian Fenner, ekonom Oxford Economics dalam catatan kepada klien yang dikutip Reuters.

Fenner menambahkan, pelemahan permintaan impor China di tengah proteksionisme dagang, akan terus menekan ekspor dan pertumbuhan ekonomi Singapura hingga tahun depan. Perdagangan Singapura dengan China terus menurun dalam empat bulan berturut-turut hingga November. Ekspor ke China turun 16% jika dibandingkan dengan November tahun lalu.

Pada bulan Oktober, ekspor ke China turun 25,8%. "Pertumbuhan China lebih moderat. Jika dilihat dari penjualan ritel, tampak bahwa fundamental makro China melemah," kata Song Seng Wun, ekonom CIMB.

Penjualan ritel China bulan November tumbuh dengan laju paling mini sejak 2003. Produksi industri pun tumbuh paling lambat dalam tiga tahun terakhir. "Perkembangan perdagangan AS-China akan membayangi prospek Singapura yang sangat tergantung pada perdagangan," ungkap UOB dalam catatan.




TERBARU

[X]
×