kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor Turun, Perekonomian Jerman Terancam Resesi


Kamis, 09 Oktober 2008 / 13:59 WIB
ILUSTRASI. TAJUK - SS kurniawan


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

FRANKFURT. Kekacauan perekonomian dunia saat ini, secara otomatis berdampak pada pertumbuhan ekspor sejumlah negara. Salah satunya adalah Jerman. Salah satu indikatornya, tingkat ekspor negara tersebut terus mengalami penurunan. Berdasarkan data dari Federal Statistic Officer, penjualan ke luar negeri Jerman mengalami penurunan 0,5% dibanding bulan Juli, yang waktu itu juga mengalami penurunan sebesar 1,7%.

Angka tersebut jauh dari prediksi para sembilan analis yang disurvei Bloomberg. Mereka memprediksi, ekspor negeri dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Eropa itu bakal tumbuh sebesar 0,2%. Tentunya, penurunan tersebut ikut memangkas neraca surplus perdagangan dari yang tadinya 13,8 miliar euro menjadi 10,6 miliar euro atau US$ 14,5 miliar.

Dari data yang dirilis hari ini, tingkat ekspor sudah mengalami penurunan 2,5% dibanding tahun sebelumnya. Sementara pada periode yang sama, tingkat impor mengalami kenaikan 2,6%. Total jenderal, tingkat ekspor, termasuk di dalamnya industri jasa, mengalami penurunan dari posisi 11,9 miliar euro menjadi 7,3 miliar euro dibanding tahun lalu.

Selain itu, pada kuartal dua, Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman turun 0,2%. Diperkirakan angka tersebut masih akan tetap anjlok pada kuartal ketiga ini. Hal itu memicu kekhawatiran akan terjadi resesi ekonomi pertama di Jerman sejak euro diluncurkan pertama kali di Eropa pada 1999 lalu. Pada saat yang bersamaan, keguncangan pasar menyebabkan semakin tingginya beban kredit.

“Pertumbuhan ekonomi di Eropa telah mengalami kolaps dan guncangan finansial akan berdampak pada ketidakpastian pada pasar. Sepertinya, kabar buruk masih akan terus berlanjut ke depannya,” jelas Andreas Scheuerle, ekonom Dekabank. Dengan adanya kondisi itu, tak mengherankan kalau saat ini para eksportir berupaya keras untuk bertahan dari ancaman perlambatan ekonomi yang terjadi di hampir semua  negara.

Kemarin, bank sentral Eropa sudah memangkas suku bunga pinjaman acuan menjadi 3,75% dari 4,25%. Langkah serupa ini juga dilakukan oleh beberapa bank sentral lain setelah krisis kredit memaksa pemerintah di kawasan Eropa untuk menyuntikkan dana kepada bank-bank bermasalah. Selain itu, The Federal Reserve (The Fed), Bank of England, Bank of Canada, Swiss National Bank dan Riskbank Swedia juga telah memangkas suku bunganya pada hari yang sama.  

“Adanya pemangkasan tingkat suku bunga itu akan membantu untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor dan perekonomian tahun depan,” jelas Anton Boerner, president of BGA wholesale and export federation. Boerner cukup optimis. Hal itu ia buktikan dengan tidak mengubah prediksi pertumbuhan ekspornya sebesar 6% pada tahun ini dan 4% pada tahun depan.

Catatan saja, jika ditotal, para perusahaan jasa finansial utama dunia sudah membukukan penyusutan aset dan kerugian kredit sebesar US$ 600 miliar sejak awal tahun lalu akibat kolapsnya pasar akibat krisis berbasis subprime mortgage. Kondisi tersebut semakin parah karena bank-bank komersial menolak untuk saling meminjamkan dananya setelah bangkrutnya Lehman Brothers Inc.

Bloomberg, Reuters




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×