kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Erdogan: Negara ini tidak runtuh, tidak hancur atau bangkrut atau dalam krisis!


Minggu, 12 Agustus 2018 / 05:22 WIB
Erdogan: Negara ini tidak runtuh, tidak hancur atau bangkrut atau dalam krisis!
ILUSTRASI. Presiden Turki Tayyip Erdogan meninggalkan bilik suara di Istanbul


Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - ISTANBUL. Presiden Tayyip Erdogan membantah pada hari Sabtu (11/8) bahwa Turki berada dalam krisis mata uang. Ia menegaskan ambrolnya lira sebagai "fluktuasi" yang tidak ada hubungannya dengan fundamental ekonomi.

Berbicara setelah Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif impor baja dan aluminium asal Turki, Erdogan menggambarkan penurunan 18% lira ke rekor terendah pada Jumat pekan lalu sebagai rudal perang ekonomi yang dilancarkan terhadap Turki.

Erdogan mengatakan mereka yang merencanakan melawan Turki dalam upaya kudeta yang gagal pada Juli 2016 sekarang mencoba untuk menargetkan negaranya melalui ekonomi. Erdogan berjanji untuk melawan. Dia tidak menyebutkan nama negara manapun.

"Mereka yang tidak bisa bersaing dengan kita di lapangan telah membawa petak-petak uang fiktif online yang tak ada hubungannya dengan realitas negara kita, produksi, dan ekonomi riil," kata Erdogan pada pertemuan provinsi Partai AK di Rize, kota pesisir Laut Hitam.

"Negara ini tidak runtuh, tidak hancur atau bangkrut atau dalam krisis," katanya. Erdogan menambahkan bahwa jalan keluar dari 'plot mata uang' adalah dengan meningkatkan produksi dan meminimalkan suku bunga.

Kurs Lira Turki terhdap dollar AS telah merosot sekitar 40% tahun ini saja, sebagian besar karena kekhawatiran terhadap pengaruh Erdogan atas ekonomi, seruan berulang suku bunga rendah dalam menghadapi inflasi tinggi, dan hubungan yang memburuk dengan Amerika Serikat.

Kedua pemerintah telah berselisih mengenai berbagai topik: kepentingan di Suriah, ambisi Turki membeli sistem pertahanan Rusia, dan kasus pendeta evangelis Andrew Brunson yang diadili di Turki atas tuduhan terorisme.

Turki adalah sebuah pasar negara berkembang yang penting. Negara ini berbatasan dengan Iran, Irak, dan Suriah. Selama beberapa dekade negara ini pro-Barat. Gejolak keuangan belakangan berisiko semakin mengguncang wilayah yang sudah bergejolak ini.

Sebuah pertemuan Jumat pekan lalu mengungkapkan pendekatan ekonomi baru oleh menteri keuangan Turki Berat Albayrak, menantu Erdogan. Sayang hal itu tidak banyak menahan lira dari kejatuhan bebas karena para investor mencari langkah-langkah konkret seperti kenaikan suku bunga untuk memulihkan kepercayaan.

"Saya bertanya kepada Anda. Apa alasan yang mungkin ada di belakang lira untuk meluncur dari 2,8 per dollar AS pada 15 Juli 2016 ke bawah 6 per dollar AS, kemarin? Selama periode ini, Turki telah menetapkan catatan rekor dalam ekspor, produksi, dan lapangan kerja," Erdogan kata.

Dia mengulangi rencana lama untuk beralih ke perdagangan dalam mata uang nasional dan mengatakan Turki sedang mempersiapkan langkah seperti itu dengan Rusia, Cina dan Ukraina.

Erdogan juga mengulangi seruannya kepada rakyat Turki untuk menjual dolar dan mencairkan tabungan euro untuk menopang lira. "Jika ada dolar di bawah bantal Anda, keluarkan. Segera berikan ini ke bank dan masuk ke lira Turki. Dengan melakukan ini, kita berperang demi kemerdekaan dan masa depan," katanya.

Dia juga sangat menyayangkan Washington memilih Brunson atas Turki, mitranya di NATO. Dalam sebuah opini di New York Times, dia memperingatkan Amerika Serikat bahwa Ankara memiliki alternatif lain sebagai sekutu. "Washington harus melepaskan gagasan yang salah arah bahwa hubungan kita bisa asimetris," katanya dalam opini.

Turki yang menyediakan pangkalan udara Incirlik yang digunakan oleh pasukan AS di Timur Tengah, telah menjadi anggota NATO sejak 1950-an. Turki merupakan tuan rumah bagi bagian penting sistem pertahanan rudal aliansi Barat terhadap Iran.

Dalam sebuah opini terpisah di surat kabar pro-pemerintah Daily Sabah, juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin mengatakan upaya Turki untuk menyelesaikan krisis dengan metode diplomatik telah ditolak oleh pemerintahan Trump. Dia  memperingatkan bahwa "AS menjalankan risiko kehilangan Turki" sebagai sekutu.

"Seluruh rakyat Turki menentang kebijakan AS yang mengabaikan tuntutan keamanan sah Turki. Ancaman, sanksi, dan intimidasi terhadap Turki tidak akan berhasil," katanya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×