Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
MILAN. Perdana Menteri Silvio Berlusconi gagal mengumpulkan secara mutlak mayoritas suara dalam pemungutan suara parlemen rutin pada malam ini (8/11).
Dari 630 anggota parlemen, dia hanya mendapat 308 suara. Berlusconi memang memenangkan suara terkait laporan anggaran tahun lalu. Namun itu terjadi setelah partai oposisi memilih tidak memberi sikap (abstain).
Alhasil, kegagalannya dalam mendapat suara secara mutlak mencuatkan kembali permintaan agar dirinya mundur dari posisi perdana menteri. Pasalnya, saat ini, Italia sedang berjuang untuk meyakinkan investor bahwa negara ini bisa mendanai dirinya sendiri.
"Pemerintah tidak memiliki suara mayoritas. Kita semua tahu Italia menjalankan risiko nyata tidak mampu mengakses pasar keuangan dalam beberapa hari mendatang," kata Pier Luigi Bersani, pemimpin partai oposisi utama Partai Demokrat, saat ia meminta perdana menteri untuk mengundurkan diri setelah pemungutan suara.
Hasil voting malam ini kemungkinan besar akan menyebabkan Presiden Giorgio Napolitano kembali memanggil Berlusconi menghadapi voting mosi tidak percaya. Sebelumnya, dia menolak untuk mundur setelah tiga anggota partainya memihak ke oposisi dan enam orang lainnya meminta dia untuk mengundurkan diri.
Dengan biaya pinjaman Italia yang mencatat rekor terbesar kedua di kawasan Euro, setelah Yunani, muncul kekhawatiran Berlusconi akan berjuang untuk mengubah ekonomi sebagaimana janjinya kepada Uni Eropa. Nilai utang Italia mencapai 120% dari produk domestik bruto.
"Kekalahan Berlusconi atau pengunduran diri adalah titik awal bagi Italia untuk bergerak maju. Selama Berlusconi berkuasa, tidak akan ada keyakinan bahwa pemerintah akan mampu melakukan reformasi," kata Sarah Hewin, ekonom senior dari Standard Chartered Bank, di London.