Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Inilah aksi terbaru dedolarisasi yang dilakukan oleh China.
Mengutip Business Insider, China dan Arab Saudi telah menyepakati perjanjian pertukaran mata uang senilai sekitar US$ 7 miliar.
Kesepakatan kedua negara menandai langkah lain dalam tren dedolarisasi ketika negara-negara di seluruh dunia beralih dari greenback.
Kesepakatan tiga tahun itu memungkinkan jumlah maksimum transaksi sebesar 50 miliar yuan atau 26 miliar riyal.
Meskipun relatif kecil, kesepakatan ini secara simbolis bisa menjadi lebih besar karena Arab Saudi adalah eksportir minyak terbesar dunia, dan sebagian besar perdagangan minyak global dilakukan dalam dolar.
Berdasarkan data bea cukai Tiongkok yang dikutip oleh Reuters, meskipun Rusia adalah pemasok minyak utama China, namun China juga mengimpor minyak mentah Saudi senilai US$ 65 miliar pada tahun 2022.
Jumlah tersebut mencakup sekitar 83% dari total ekspor negara tersebut ke China.
Baca Juga: Dolar Bisa Dijatuhkan oleh Negara-Negara BRICS, Ini Sebabnya
Beijing juga mendorong investor asing untuk mengakses pasar China melalui penerbitan obligasi panda. Pada Inisiatif Belt and Road terbaru, bank-bank China juga menandatangani serangkaian pinjaman dalam mata uang yuan untuk negara-negara seperti Peru dan Malaysia.
Borong emas
Sebelumnya, China juga gencar melakukan dedolarisasi dengan cara memborong emas secara besar-besaran.
Mengutip Business Insider, pembelian emas batangan ini terjadi sebagai bagian dari upaya besar negara-negara pada tahun ini untuk mencoba mendiversifikasi cadangan devisa mereka dari dolar.
Hal ini juga terkait dengan upaya beberapa negara untuk melakukan dedolarisasi dalam hubungan perdagangan dengan melakukan transaksi dalam mata uang lokal.
Baca Juga: Borong Banyak Emas Jadi Upaya China untuk Dorong Dedolarisasi
“Dengan permintaan bank sentral yang kembali meningkat setelah terjadi penurunan di kuartal kedua, kami memperkirakan total permintaan emas tahunan akan mendekati rekor tahun lalu, dan kemungkinan besar akan melebihi angka tersebut,” tulis World Gold Council (WGC), dalam laporan kuartal ketiganya untuk pasar logam mulia.
Menurut WGC, bank sentral global telah membeli 800 ton emas sepanjang tahun ini. Angka tersebut naik 14% dari tahun lalu.
Sebanyak 181 ton dari jumlah tersebut berasal dari China saja. Bank sentral negara itu memiliki total cadangan sebesar 2.192 ton.
Mengutip Financial Times, pembelian emas oleh bank sentral global yang terus meningkat telah mengejutkan para analis pasar, yang memperkirakan penurunan pembelian dari level tertinggi sepanjang masa tahun lalu.
Kekhawatiran tersebut semakin dipicu oleh konflik yang meletus di Timur Tengah antara Hamas dan Israel, yang telah meningkatkan aset safe haven hampir 10 persen dalam 16 hari.