kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Tunggangi Tren Dedolarisasi, China Genjot Pamor Yuan


Senin, 19 Juni 2023 / 04:25 WIB
Tunggangi Tren Dedolarisasi, China Genjot Pamor Yuan


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pamor mata dolar AS menyusut seiring muncul tren dedolarisasi dalam beberapa waktu terakhir di sejumlah negara.

China pun memanfaatkan tren dedolarisasi ini untuk membuat mata uang yuan mulai digunakan negara-negara di dunia.

Salah satu langkah lanjutan yang dilakukan China untuk merealisasikan mimpi tersebut adalah memperdagangkan mata uang yuan di pasar saham Hong Kong. Itu mulai akan dilakukan pada Senin (19/6).

Setidaknya ada sekitar dua lusin perusahaan China mulai memperdagangkan mata uang asal mereka di bursa saham Hong Kong (HKEX). Saham Hong Kong seperti Alibaba dan Tencent termasuk di antara 24 saham yang akan diberi harga dan diperdagangkan dalam yuan dan dolar Hong Kong di bawah model penghitung ganda.

Di bawah pengaturan loket ganda, investor dapat memilih untuk memperdagangkan saham baik menggunakan dolar Hong Kong melalui loket HKD, atau yuan melalui loket RMB, dengan pembuat pasar menyediakan likuiditas dan meminimalkan perbedaan harga.

Sebagian besar saham batch pertama yang memenuhi syarat untuk perdagangan yuan - termasuk AIA Group, Sun Hung Kai Properties dan Hang Seng Bank Ltd - tidak terdaftar di China.

Manajer investasi mengatakan langkah tersebut mencerminkan keinginan Beijing untuk memperluas penggunaan yuan di luar China dan memberikan jalan lain untuk investasi berdenominasi yuan, sehingga mengurangi risiko arus keluar modal mengejar mata uang berimbal hasil lebih tinggi seperti dolar AS.

“Tiongkok mendorong internasionalisasi yuan untuk mencegah risiko geopolitik dan mengurangi ketergantungan pada dolar, dan untuk tujuan itu, Anda perlu menggunakan mata uang Tiongkok secara lebih luas," kata Ding Wenjie, ahli strategi Investasi Modal Global di China Asset Management Co (ChinaAMC) dikutip dari Reuters, Minggu (18/6).

Baca Juga: De-dolarisasi Nyata Terjadi, Ini Tanda-tandanya Menurut JPMorgan

Ding mengatakan, skema tersebut merupakan tonggak utama dan mengharapkan model tersebut diperluas di masa depan, melampaui saham hingga obligasi dan bahkan aset alternatif, meningkatkan kumpulan aset luar negeri dalam denominasi yuan.

Inisiatif ini muncul di tengah aliran stabil kesepakatan bilateral dalam denominasi yuan yang telah dicapai China dengan mitra dagang, mulai dari pembelian minyak China di Timur Tengah, hingga perdagangan komoditas dengan mitra dari Brasil hingga Rusia. Beijing telah mempertahankan hubungan dekat dengan Moskow meskipun ada invasi ke Ukraina.

Terobosan signifikan dalam upaya China untuk mempromosikan penggunaan yuan datang bulan ini, ketika Pakistan membayar impor pertama pemerintah-ke-pemerintah dari minyak mentah Rusia yang didiskon dalam yuan.

Kepala Riset Ekonomi Makro Asia di Pictet Wealth Management  Dong Chen bilang, ketika sebuah mata uang diinternasionalkan, itu tidak hanya digunakan dalam perdagangan, barang fisik, atau jasa. Melainkan, juga harus diparkir di aset investasi.

“Membeli saham di Hong Kong tanpa benar-benar pergi ke China daratan akan menjadi cara yang jauh lebih mudah untuk memarkir kepemilikan mata uang ini," katanya.

Meski demikian, saat ini dolar AS masih tetap menjadi mata uang global yang dominan, menyumbang 42% dari pembayaran global. Namun, pangsa pasar yuan telah naik menjadi  2,29% dari 1,95% dua tahun lalu.

Baca Juga: Bank Sentral China Pangkas Suku Bunga di Tengah Kenaikan Suku Bunga Inggris dan Eropa



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×