Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China secara tak terduga memangkas suku bunga jangka pendeknya sebesar 10 bps jadi 1,9% untuk membantu pemulihan ekonomi. Ini jadi yang pertama sejak Agustus 2022.
Hal ini bahkan terjadi beberapa hari sebelum bank sentral mengumumkan penyesuaian suku bunga pinjaman untuk kebijakan satu tahun, yang dikenal sebagai fasilitas pinjaman jangka menengah.
Meskipun penurunan suku bunga dapat membantu sentimen dalam jangka pendek, para ekonom mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi.
Maklum saja permintaan pinjaman masih lemah, sementara pertumbuhan jumlah uang beredar yang cepat bersamaan dengan investasi swasta yang lesu. Ini menunjukkan pelonggaran moneter saja tidak akan banyak membantu untuk menstimulasi perekonomian.
Baca Juga: China Harus Segera Menurunkan Bunga
Fed juga tampaknya akan menahan kenaikan bunga. Ken Cheung, kepala strategi FX Asia di Mizuho Bank Ltd. di Hong Kong mengatakan pertemuan kebijakan The Fed AS yang akan datang dilakukan untuk mengurangi dampak penurunan suku bunga terhadap yuan.
Para ekonom memperkirakan bahwa The Fed akhirnya akan menghentikan siklus kenaikan suku bunga yang agresif minggu ini.
Untuk diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga 10 bulan berturut-turut sejak tahun lalu. Terakhir, bank sentral AS tersebut menaikkan suku bunga pada Mei 2023 lalu di kisaran 5,00%-5,25%.
Penundaan kenaikan suku bunga oleh The Fed dapat mengurangi dampak kebijakan bank central Cina terhadap arus modal keluar. Mata uang yuan telah melemah terhadap dollar sebesar 3,6% tahun ini, dan merupakan salah satu mata uang Asia dengan kinerja terburuk.
Yuan luar negeri pada hari Selasa melemah ke level terendah dalam enam bulan setelah pemangkasan suku bunga kebijakan jangka pendek, mendekati level 7,2 per dollar AS. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun lima basis poin menjadi 2,62% sebelum tengah hari waktu setempat, menjadi yang terendah sejak September.
Terakhir kali suku bunga tujuh hari disesuaikan sebelum suku bunga MLF adalah pada Maret 2020. Ekonom China di Societe Generale SA, Michelle Lam mengatakan pemerintah Cina akhirnya mengakui melemahnya ekonomi, dengan demikian ia menilai seharusnya ada lebih banyak pemangkasan suku bunga dan rasio cadangan wajib pada paruh kedua tahun 2023.
Sementara itu sebelumnya pada bulan Mei, Bank Sentral Inggris atau Bank of England (BOE) juga memperketat kebijakan moneternya dengan mengerek naik suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% pada minggu kedua pada Mei. Kenaikan tersebut jadi yang ke-12 kali yang dilakukan BOE dalam setahun terakhir.
Bahkan kenaikan tersebut tercatat sebagai tertinggi sejak Oktober 2008, namun Gubernur Bank Sentral Inggris Andrew Bailey mengatakan sikap agresif ini perlu diambil agar dapat menekan laju inflasi di Inggris yang saat ini telah melonjak ke level tertinggi.
Senada, Bank Sentral Eropa (ECB) pada awal Mei lebih awal mengambil kebijakan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Hal ini dilakukan karena mereka terus berjuang melawan lonjakan harga konsumen, dengan suku bunga yang pada level tertinggi sejak November 2008.
Dengan pengumuman tersebut, mulai 10 Mei suku bunga acuan bank telah bergerak ke 3,25. Bank Sentral Eropa sebelumnya menaikkan 50 basis poin suku bunga tiga kali berturut-turut. Pada saat yang sama, inflasi inti yang tidak termasuk harga pangan dan energi, sedikit menurun menjadi 5,6%.
ECB memulai kenaikan suku bunga pada Juli 2022, ketika menaikkan suku bunga utamanya dari -0,5% menjadi nol. Namun, meskipun kenaikan suku bunga yang konsisten sejak itu, inflasi tetap jauh di atas target ECB sebesar 2%.
Di sisi lain indeks saham-saham China yang terdaftar di Hong Kong naik 0,4% didorong oleh saham-saham teknologi. Saham-saham properti juga menguat setelah pemotongan suku bunga. Namun pemangkasan keuntungan terlihat lebih banyak, dengan indeks pengembang hanya naik 0,3%.
Baca Juga: OECD Kerek Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Menjadi 2,7% di Tahun 2023
"Penurunan suku bunga tidak cukup untuk mengangkat pasar, perlu lebih banyak dukungan kebijakan, baik moneter maupun fiskal, sebelum membalikkan sentimen bearish pada prospek ekonomi China," kata Steven Leung, Direktur Eksekutif di UOB Kay Hian.
Pemangkasan suku bunga kebijakan juga membuka jalan untuk penurunan suku bunga dasar pinjaman ketika suku bunga pinjaman de facto diumumkan minggu depan, kata para ekonom. LPR didasarkan pada suku bunga yang ditawarkan oleh 18 bank kepada para nasabah terbaik mereka, dan biasanya bergerak seiring dengan suku bunga MLF.
Pihak berwenang baru-baru ini memandu bank-bank besar untuk menurunkan suku bunga deposito mereka, yang dapat membantu mereka mempertahankan margin dan mengatasi suku bunga pinjaman yang lebih rendah.
Keputusan Bank sentral China untuk memangkas suku bunga reverse repo 7 hari sebesar 10 basis poin adalah tanda yang jelas bahwa mereka akan melakukan pemangkasan yang setara dengan fasilitas pinjaman jangka menengah - suku bunga acuan - pada tanggal 15 Juni.
"Kami pikir ini menunjukkan bahwa bank sentral ingin memberikan panduan awal dan meyakinkan pasar tentang sikap pelonggarannya, mengingat lemahnya rebound ekonomi pasca-Covid," katanya.
Para ekonom Goldman Sachs Group Inc. mengatakan pihaknya memperkirakan penurunan 25 basis poin pada rasio tersebut pada kuartal ketiga, dan memperkirakan penurunan pada suku bunga MLF dan LPR di bulan ini.
Meskipun begitu, para pemimpin China belum secara jelas mengindikasikan apakah mereka akan memberikan stimulus besar. Namun sejauh ini insentif untuk meningkatkan konsumsi mobil listrik dan jenis kendaraan lainnya telah tepat sasaran. Pemerintah juga sedang mempertimbangkan sebuah paket dukungan pasar properti yang baru.
Seiring dengan data produksi industri, penjualan ritel, dan investasi yang akan dirilis pada hari Kamis, indikator-indikator lain di minggu ini mungkin juga akan suram.
Xing Zhaopeng, Ahli strategi senior China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd mengakatakn data kredit bulan Mei yang akan dirilis kemungkinan mejadi sangat buruk, untuk itu Bank Sentral China kemungkinan khawatir mengenai potensi guncangan pada pasar sehingga mengambil kesempatan ini untuk mencoba menenangkan kekhawatiran dengan memotong memangkas suku bunga.