Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Dalam laporannya yang dirilis Senin (27/6), ekonom Goldman Sachs memprediksi Inggris akan masuk ke jurang resesi pada awal 2017. Hal ini menyusul hasil referendum Inggris yang dimenangkan kubu Brexit.
Ekonom bank investasi itu juga memangkas prediksi pertumbuhan global sebesar 0,1 percentage poin menjadi 3,1% di 2016.
Menurut Jan Hatzius, Jari Stehn dan Karen Reichgott, tim riset Goldman, tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris akan terpukul 2,37 percentage point dalam 18 bulan ke depan dari dampak kumulatif melonjaknya ketidakpastian dan turunnya perdagangan.
Ketiga ekonom tersebut menyusun tiga mekanisme transmisi ekonomi dari kejutan Brexit.
"Pertama, perdagangan Inggris akan mengalami penurunan, khususnya jika Inggris mengalami kesulitan dalam mengekspor value added services (termasuk jasa finansial) ke Uni Eropa," kata Goldman.
Kedua, ketidakpastian dalam jangka panjang akan menggerus pertumbuhan ekonomi Inggris dalam jangka pendek karena banyak perusahaan yang menahan investasi.
Adapun poin ketiga, di luar channel transmisi utama Inggris adalah lemahnya permintaan barang impor dari Inggris. "Dan yang lebih penting lagi adalah pengetatan kondisi finansial via menguatnya nilai tukar dan rendahnya risiko harga aset," papar Goldman.
Sementara itu, lanjut Goldman, PDB zona euro akan turun sebesar 0,5 percentage poin menjadi 1,25% dalam dua tahun ke depan. Mereka juga memangkas prediksi paruh kedua 2016 bagi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 2% dari sebelumnya 2,25%.
Terkait dengan bank sentral global, ketiga ekonom meramal the Federal Reserve AS kemungkinan besar tidak akan menaikkan suku bunga acuannya pada Juli seiring terjadinya Brexit.
Sedangkan Bank of England diramal akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% dan memperkenalkan kebijakan baru pelonggaran kredit.
Adapun Bank of Japan akan memangkas lagi siku bunga acuannya pada pertemuan Juli mendatang.