Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Harga bitcoin menembus level US$ 1.900 untuk kali pertama di sepanjang sejarah pada Jumat (19/5). Data CNBC menunjukkan, berdasarkan indeks harga CoinDesk, pada Jumat pagi, mata uang digital ini diperdagangkan di kisaran US$ 1.951,87. Level tersebut naik 6,8% dibanding harga pekan lalu.
Tak pelak, nilai kapitalisasi bitcoin juga langsung meroket yakni mencapai US$ 31,89 miliar atau naik lebih dari US$ 4 miliar dari posisi Senin.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga bitcoin melaju. Salah satunya adalah kondisi politik global yang penuh dengan ketidakpastian dan kunci perkembangan dalam dunia cryptocurrency.
Berikut beberapa faktor yang mendorong pergerakan harga bitcoin:
- Jepang dan Korea mendorong perdagangan
Data yang dirilis dalam situs CryptoCompare menunjukkan, volume perdagangan dalam yen Jepang dan won Korea mengalami peningkatan. Jika dikombinasikan, komposisinya mencapai 48,6% dari transaksi bitcoin dunia.
Hal ini berkat disetujuinya peraturan yang memperbolehkan retailer di Jepang menerima bitcoin sebagai mata uang legal.
Sejak saat itu, Jepang merupakan pendorong terbesar transaksi perdagangan bitcoin.
Selain itu, pasar bitcoin yen Jepang juga ditransaksikan lebih tinggi dibanding pasar dollar AS. Saat ini perdagangan silang bitcoin yen berada di posisi 228.783,29 yen atau US$ 2,058.
Posisi ini lebih tinggi dari indeks harga bitcoin CoinDesk. Mengingat yen Jepang merupakan yang tertinggi dalam perdagangan bitcoin saat ini, hal tersebut membantu mendorong harga bitcoin melaju lebih tinggi.
"Saat ini, volume pasangan KRW dan JPY mendominasi perdagangan dengan kombinasi market share mencapai 48%," jelas Charles Hayter, CEO of CryptoCompare kepada CNBC.
- Ketidakpastian politik
Di masa lalu, bitcoin bertindak sebagai safe haven saat investor mencemaskan mengenai ketidakstabilan politik dan melempemnya performa aset-aset investasi lain.
Pasar saham AS mengalami aksi jual pada pekan ini sebelum akhirnya ditutup rebound. Adapun kondisi politik di Amerika dan Brasil tidak stabil karena berpotensi munculnya skandal.
Investor mencemaskan Presiden Donald Trump tidak akan mampu menepati janji kampanyenya mengenai reformasi pajak, deregulasi dan anggaran belanja infrastruktur. Pada saat yang bersamaan, ada laporan pada Kamis lalu yang mengatakan Trump diduga memecat mantan direktur FBI James Comey agar dia menghentikan penyelidikan terhadap mantan penasehat keamanan negara AS Michael Flynn.
Di sisi lain, Presiden Brasil Michel Temer diduga mengatur penyuapan untuk aksi tutup mulut saksi dalam skandal korupsi.