Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak turun sekitar 1% ke level terendah dalam dua minggu karena lonjakan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang mengejutkan di pekan lalu dan ekspektasi bahwa produsen OPEC+ akan meningkatkan target produksi pada pertemuan pada akhir pekan ini.
Kamis (4/9/2025), harga minyak mentah jenis Brent berjangka untuk kontrak pengiriman November 2025 ditutup turun 65 sen atau 1,0% menjadi US$ 66,95 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2025 ditutup melemah 49 sen, atau 0,8% ke US$ 63,48 per barel.
Penutupan tersebut merupakan penutupan terendah untuk minyak Brent sejak 20 Agustus 2025.
Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan, perusahaan-perusahaan energi AS menambahkan 2,4 juta barel minyak mentah ke penyimpanan selama pekan yang berakhir pada 29 Agustus karena kilang-kilang memasuki musim pemeliharaan.
Baca Juga: Harga Minyak Melanjutkan Koreksi pada Kamis (4/9/2025) Pagi
Peningkatan stok minyak mentah tersebut merupakan kejutan, dibandingkan dengan perkiraan penarikan 2,0 juta barel yang diperkirakan analis dalam jajak pendapat Reuters, dan lebih tinggi dari peningkatan 0,6 juta barel yang menurut sumber pasar dikutip oleh kelompok perdagangan American Petroleum Institute (API) dalam datanya pada hari Rabu.
"Laporan ini sedikit bearish dengan peningkatan minyak mentah tersebut," kata John Kilduff, seorang mitra di Again Capital.
EIA dan API melaporkan data inventaris sehari lebih lambat dari biasanya karena libur Hari Buruh AS pada hari Senin.
Sementara itu, delapan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu seperti Rusia di OPEC+ akan mempertimbangkan peningkatan produksi lebih lanjut pada bulan Oktober dalam pertemuan hari Minggu, dua sumber yang mengetahui diskusi tersebut mengatakan kepada Reuters.
Potensi kenaikan produksi OPEC+ akan mengirimkan sinyal kuat bahwa mendapatkan kembali pangsa pasar lebih diutamakan daripada dukungan harga, kata Tamas Varga, analis senior di perusahaan pialang dan konsultan PVM Oil Associates.
OPEC+ telah sepakat untuk menaikkan target produksi sekitar 2,2 juta barel per hari dari April hingga September, di samping peningkatan kuota 300.000 barel per hari untuk Uni Emirat Arab.
DATA EKONOMI
Di negara dengan ekonomi terbesar di dunia, beberapa data makroekonomi AS yang goyah menunjukkan pengajuan baru untuk tunjangan pengangguran meningkat lebih dari yang diperkirakan minggu lalu, mendukung ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga bulan ini.
Para investor memandang pertemuan The Fed pada bulan September sebagai kunci untuk pemangkasan seperempat poin persentase dalam kisaran target suku bunga dana federal saat ini sebesar 4,25% hingga 4,5%.
Bank-bank sentral, seperti The Fed, menggunakan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman konsumen dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta permintaan minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Dipicu Sentimen OPEC+ yang Mempertimbangkan Kenaikan Produksi
Pertanyaan tentang independensi The Fed menjadi sorotan pada hari Kamis ketika penasihat ekonomi Trump, Stephen Miran, memberikan kesaksian di sidang Komite Perbankan Senat mengenai pencalonannya ke dalam dewan gubernur bank sentral AS yang beranggotakan tujuh orang, dengan anggota parlemen dari kedua partai mendesaknya untuk berkomitmen bersikap netral secara politik.
Di Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, lembaga-lembaga ekonomi terkemuka memangkas proyeksi pertumbuhan untuk tahun 2025 dan 2026, dengan alasan tarif AS dan penundaan, sebagai dampak dari peningkatan belanja publik di tengah ekonomi yang bergantung pada ekspor yang sedang berjuang untuk mendapatkan kembali momentumnya.
Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada para pemimpin Eropa pada hari Kamis bahwa Eropa harus berhenti membeli minyak Rusia yang menurutnya membantu Moskow mendanai perangnya melawan Ukraina, kata seorang pejabat Gedung Putih.
Setiap pengurangan jumlah minyak mentah yang mungkin diekspor Rusia dapat mendongkrak harga. Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua pada tahun 2024 setelah AS.
Namun, Moskow tidak menunggu Eropa untuk membeli lebih banyak minyak. Produsen minyak terbesar Rusia, Rosneft, telah mendapatkan kesepakatan tambahan untuk pasokan 2,5 juta metrik ton minyak per tahun ke China melalui Kazakhstan, kantor berita Interfax mengutip pernyataan Menteri Energi Rusia Sergei Tsivilev.
Di Venezuela, anggota OPEC yang di sanksi oleh AS, ekspor minyak naik ke level tertinggi sembilan bulan sebesar 900.000 barel per hari bulan lalu setelah perusahaan minyak besar AS, Chevron, menerima lisensi yang memungkinkan minyak mentah negara itu kembali ke pasar AS.