Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Harga minyak berada di jalur untuk mengakhiri pekan ini dengan penurunan lebih dari 1% pada Jumat (30/5), di tengah keputusan tarif yang tidak menentu di AS dan karena pasar bersiap untuk potensi kenaikan produksi OPEC+.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka turun 26 sen, atau 0,41%, menjadi US$ 63,89 per barel pada pukul 01.04 GMT. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 27 sen, atau 0,44%, menjadi US$ 60,67 per barel. Kontrak berjangka Brent Juli akan berakhir pada hari Jumat.
Di AS, tarif Presiden Donald Trump akan tetap berlaku setelah pengadilan banding federal memberlakukannya kembali sementara pada hari Kamis, yang membatalkan keputusan pengadilan perdagangan pada hari Rabu untuk segera memblokir bea masuk yang paling luas.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi pada Jumat (30/5) Pagi, Investor Cermati Pertemuan OPEC+
Pemblokiran tersebut telah menyebabkan harga minyak jatuh lebih dari 1% pada hari Kamis karena para pedagang mempertimbangkan dampaknya.
Para analis mengatakan ketidakpastian akan tetap ada karena pertempuran tarif berlangsung melalui sistem pengadilan.
Anggota OPEC+, diperkirakan memutuskan kenaikan produksi minyak pada bulan Juli ketika mereka bertemu pada hari Sabtu.
Pada saat yang sama, OPEC berusaha memastikan bahwa beberapa negara yang telah memproduksi di atas tingkat yang disepakati, seperti Kazakhstan, memangkas produksi mereka.
"Kebuntuan antara OPEC dan Kazakhstan menjadi lebih jelas minggu ini," kata kepala penelitian komoditas dan karbon Westpac Robert Rennie dalam sebuah catatan.
Kazakhstan telah memberi tahu OPEC bahwa mereka tidak bermaksud mengurangi produksi minyaknya, menurut laporan kantor berita Rusia Interfax pada hari Kamis yang mengutip wakil menteri energi Kazakhstan.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia DItutup Naik Lebih 1% Rabu (28/5), Menanti Keputusan OPEC+
Menteri energi Kazakhstan pada hari Kamis menepis keluhan dari anggota lain atas kelebihan produksi Kazakhstan, dengan mengatakan bahwa pangsa negara itu dalam produksi global kurang dari 2% dan bahwa harga minyak di atas US$ 70-US$ 75 per barel kemungkinan cocok untuk semua negara.
"Panggung sudah siap untuk peningkatan produksi yang luar biasa lagi," kata Rennie.
Kenaikan produksi berpotensi lebih tinggi dari kenaikan 411.000 barel per hari yang diputuskan pada dua pertemuan sebelumnya.