Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah dunia ditutup menguat pada Rabu (29/10/2025) waktu setempat, setelah data resmi menunjukkan penurunan tajam stok minyak dan bahan bakar AS jauh melampaui ekspektasi pasar.
Sentimen juga didorong oleh nada optimistis Presiden AS Donald Trump terkait pertemuan dagang dengan Presiden China Xi Jinping yang akan digelar dalam waktu dekat.
Mengutip Reuters, minyak Brent naik 52 sen atau 0,8% menjadi US$ 64,92 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) naik 33 sen atau 0,6% menjadi US$ 60,48 per barel.
Baca Juga: Harga Emas Dipangkas Rabu (29/10): Sinyal The Fed Hati-hati, Apa Dampaknya?
Menurut data Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak mentah, bensin, dan bahan bakar sulingan AS masing-masing turun lebih besar dari perkiraan pada pekan lalu.
Stok minyak mentah AS menyusut hampir 7 juta barel, jauh melebihi proyeksi penurunan 211.000 barel.
Penurunan besar ini memicu keraguan atas asumsi pasar bahwa pasokan minyak global akan kembali surplus, di tengah peningkatan produksi OPEC+ dan rekor output AS.
“Di mana kelebihan pasok itu?” ujar analis Price Futures Group, Phil Flynn.
“Semakin lama kelebihan pasok tak terlihat, semakin besar keraguan apakah itu benar-benar ada,” lanjutnya.
Baca Juga: Data EIA: Stok Minyak Mentah dan Bensin AS Turun Pekan Lalu
Analis UBS Giovanni Staunovo menambahkan bahwa laporan EIA juga menunjukkan permintaan minyak yang kuat, sehingga kombinasi dengan penurunan stok menjadi katalis positif bagi harga minyak mentah.
Selain faktor fundamental, pernyataan optimistis Trump juga mendukung sentimen pasar. Ia memperkirakan hasil positif dari pertemuannya dengan Xi Jinping, yang dijadwalkan berlangsung Kamis (30/10) di Korea Selatan.
Dalam pertemuan tersebut, AS juga menyelesaikan perundingan dagang dengan Korea Selatan.
Nada optimistis tersebut membantu meredakan kekhawatiran perlambatan ekonomi global akibat perang dagang dan tarif tinggi yang selama ini menekan prospek permintaan minyak dunia.
Meski begitu, beberapa faktor lain masih membayangi prospek pasar energi.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Rabu (29/10) Pagi, Brent ke US$64,60 & WTI ke US$60,33
The Fed pada hari yang sama memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, namun pernyataan Ketua Jerome Powell yang berhati-hati terhadap arah kebijakan ke depan memunculkan ketidakpastian baru di pasar keuangan.
Pekan sebelumnya, harga minyak mencatat kenaikan mingguan tertinggi sejak Juni, setelah AS memberlakukan sanksi terkait Ukraina terhadap Rusia untuk pertama kalinya di masa jabatan kedua Trump, menargetkan perusahaan minyak besar seperti Lukoil dan Rosneft.
Namun, keraguan bahwa sanksi tersebut cukup untuk menahan kelebihan pasokan, serta rencana OPEC+ menambah produksi pada Desember, sempat menekan harga minyak di sesi sebelumnya.
Empat sumber yang mengetahui pembahasan internal menyebut, OPEC+ tengah mempertimbangkan kenaikan produksi secara moderat, dengan dua di antaranya menyebut tambahan sekitar 137.000 barel per hari (bph).













