Sumber: Bloomberg |
SINGAPURA. Harga minyak mentah menciut di bawah US$ 42 per barel di New York, semakin memperbesar keterpurukan tahunan di tengah penyusutan ekonomi global yang akan membatasi permintaan bahan bakar.
Konsumsi bahan bakar di AS, negara dengan perekonomian terbesar di dunia, menciut 3,7% sepanjang empat minggu terakhir, per 26 Desember 2008, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini ditegaskan oleh Departemen Energi AS.
Sementara itu, harga minyak dunia melonjak 14% pada 31 Desember setelah sebuah laporan menunjukkan bahwa persediaan bahan bakar di AS menggelembung lebih sedikit dari yang diprediksikan. Selain itu, konflik di antara Israel dan Hamas juga mencuri perhatian bahwa suplai di Timur Tengah kemungkinan akan terganggu.
Toby Hassall, analis dari Commodity Warrants Australia di Sydney mengatakan, "Saat ini, kita belum cukup punya gambaran yang jelas kapan kondisi perekonomian global akan berangsur pulih."
Minyak mentah untuk pengiriman Februari melandai sebesar US$ 3,10 atau 7% menjadi US$ 41,50 per barel di New York Mercantile Exchange. Level ini diperdagangkan US$ 41,51 per barel pada pukul 15.20 waktu Singapura.
Harga minyak mentah anjlok sebesar 54% di tahun 2008, tahun penurunan pertama sejak 2001dan mencatatkan penurunan yang paling besar sejak kontrak berjangka mulai diperdagangkan pada tahun 1983.
Kontrak minyak untuk Februari mumbul US$ 5,57 menjadi US$ 44,60 per barel pada 31 Desember 2008 lalu, pengiriman yang paling tinggi sejak 12 Desember 2008.