Sumber: Bloomberg |
SYDNEY. Harga minyak menanjak untuk yang ketiga kalinya dalam tiga hari ini di New York setelah Israel mengisyaratkan telah siap untuk memperluas serangannya di jalur Gaza. Menurut kantor darurat Palestina di kota Gaza, sedikitnya 345 orang Palestina tewas dan 1,400 orang terluka sejak Israel mulai mengampanyekan kekuatan udaranya pada 27 Desember lalu. Tentu saja, kemungkinan besar bahwa suplai minyak dari Timur Tengah terganggu.
"Tidak sedikit orang-orang di pasar sedang mencari titik start untuk kembali rebound, dan kemungkinan menggunakan serangan Israel ini sebagai katalis," kata Mark Pervan, senior commodities strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd. di Melbourne.
Ia menambahkan, "Juga ada persepsi bahwa harga minyak mentah terlihat cukup murah dan di titik tertentu pasti akan melonjak. Saya masih harus berhati-hati untuk menyatakan bahwa inilah (serangan Israel-red) merupakan titik start itu."
Minyak mentah untuk pengiriman Februari menanjak 37 sen atau 0,9% menjadi US$ 40,39 per barel di New York Mercantile Exchange. Level ini diperdagangkan US$ 40,30 pada pukul 10:18 waktu Singapura.
Kemarin, kontrak minyak meningkat US$ 2,31, atau 6,1% menjadi US$ 40,02 per barel, sedikit menggemuk 6,7% yang tercatat pada 26 Desember lalu. Kontrak berjangka minyak telah merosot 73% dari rekor tertingginya di bulan Juli lalu yang mencapai titik US$ 147,27 per barel.
Kontrak berjangka minyak ini kemungkinan akan melompat ke level US$ 60 per barel tahun depan seiring dengan pemangkasan OPEC untuk meng-counter perekonomian yang semakin terperosok sejak Perang Dunia II. Hal ini merupakan prediksi tengah dari 33 analis yang disurvei oleh Bloomberg.
Minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Februari naik 25 sen atau 0,6% menjadi US$ 40,80 per barel setelah merangsek 5,7% kemarin menjadi US$ 40,55 di ICE Futures Europe exchange London.