Sumber: Reuters, Bloomberg, AP | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
GAZA. Miris dan menyedihkan. Hubungan Israel dan Palestina kembali memburuk. Senin kemarin, pihak Israel kembali memperluas wilayah serangan udaranya di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, Palestina. Bahkan, setelah tiga hari memborbardir negara tersebut yang sudah menewaskan hampir 300 warga Palestina, pihak Israel juga mempertimbangkan untuk melakukan penyerangan darat.
Menurut laporan dari staf kesehatan di Gaza, jumlah warga Palestina yang tewas mencapai 335 orang dan 800 orang lainnya luka-luka. Lantas, data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, 62 dari mereka yang tewas adalah warga sipil.
"Kami memang sudah menabuh genderang perang dengan Hamas beserta koleganya," jelas Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak.
Israel memperluas target serangannya, termasuk pemerintahan Hamas di Jalur Gaza, dan mengebom Gedung Pemerintahan Dalam Negeri yang membawahi sekitar 13.00 armada bersenjata Hamas. Saat ini, semua orang yang berada di gedung itu sudah dievakuasi dan belum dilaporkan adanya korban jiwa.
Memang, penembangan roket dari Gaza ke wilayah Israel semakin intensif dilakukan sejak Hamas mendeklarasikan berakhirnya masa gencatan senjata pada 19 Desember.
Pihak Israel menyatakan, serangan yang dilakukan bertujuan untuk menghentikan serangan roket yang diluncurkan Hamas.
Setidaknya, empat warga Israel yang tewas terbunuh akibat serangan roket sejak Sabtu pekan lalu.
Israel lantas mendeklarasikan area di sekitar Jalur Gaza sebagai "wilayah zona militer tertutup". Alhasil, wartawan dilarang masuk dan melakukan peliputan dengan alasan keamanan.
Dengan melarang masuknya pers ke zona tersebut dapat membantu Israel untuk mempersiapkan serangan darat menyambung serangan udara yang dilakukan.
Sementara itu, Juru Bicara Hamas Fawzi Barhoum menyerukan agar warga Palestina menggunakan seluruh daya upaya untuk melawan Israel, termasuk martyrdom operations yang berarti bom bunuh diri.
Serangan terhadap Gaza yang menyebabkan korban dari warga sipil telah menyulut kemarahan di hampir seluruh kawasan Timur Tengah. Para demonstran membakar bendera Israel dan Amerika Serikat (AS) sebagai bentuk tekanan kepada para pemimpin mereka untuk segera bertindak.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon meminta agar para pemimpin dunia berusaha sekuat tenaga untuk mengakhiri kekerasan.
Namun Pemerintahan Bush meminta agar Hamas menyetujui dilakukannya gencatan senjata. Juru Bicara Gedung Putih Gordon Johndroe bilang, pemerintah AS memahami bahwa Israel harus melakukan serangan tersebt untuk mempertahankan diri.
Bursa tak terpengaruh perang
Meski perang berkecamuk, namun sepertinya pasar bursa terbesar di Israel tak terpengaruh konflik tersebut. Senin kemarin, indeks saham malah naik 0,7% sampai 0,9%.
Sementara itu, harga minyak terus melonjak naik di atas US$ 40 per barel yang disebabkan melemahnya dolar dan tingginya tingkat kekerasan di Gaza. Pasar sepertinya khawatir, perang kedua Negara dapat memangkas jumlah suplai minyak dari kawasan tersebut.