kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harga Minyak Mentah Berbalik Melemah, Kekhawatiran di Sektor Bank Berlanjut


Senin, 20 Maret 2023 / 12:23 WIB
Harga Minyak Mentah Berbalik Melemah, Kekhawatiran di Sektor Bank Berlanjut
ILUSTRASI. harga minyak mentah berbalik melemah


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak turun di tengah hari ini karena kekhawatiran bahwa risiko di sektor perbankan global dapat menyebabkan resesi yang akan menyebabkan permintaan bahan bakar menurun dan menjelang potensi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve pada pekan ini.

Senin (20/3) pukul 12.15 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2023 turun 68 sen, atau 0,9%jadi US$ 72,29 per barel, setelah anjlok hampir 12% minggu lalu, penurunan mingguan terbesar sejak Desember.

sejalan, harga minyak mentah antara West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2023 melemah 0,9% ke US$ 66,16 per barel. Pekan lalu, WTI turun 13% di minggu lalu, penurunan mingguan terbesar sejak April lalu.

Kontrak April akan berakhir pada hari Selasa dan kontrak pengiriman bulan Mei 2023 yang lebih aktif diperdagangkan juga turun 0,8% ke US$ 66,40 per barel.

Penurunan harga minyak terjadi meskipun ada kesepakatan bersejarah yang akan membuat UBS, bank terbesar di Swiss, membeli Credit Suisse yang merupakan bank terbesar kedua di negara itu dalam upaya untuk menghentikan penyebaran krisis perbankan.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Menguat Usai Kesepakatan Bersejarah Perbankan Swiss

Menyusul pengumuman tersebut, Federal Reserve, European Central Bank dan bank sentral utama lainnya berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.

"Fokus pasar adalah pada volatilitas sektor perbankan saat ini dan potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Fed," kata Baden Moore, Head of Commodity Research National Australia Bank.

"Pertemuan OPEC yang akan datang adalah katalis potensial lain pada prospek pasar. Risiko penurunan harga lebih lanjut meningkatkan kemungkinan OPEC mengurangi produksi lebih lanjut untuk mendukung harga," tambah Moore, mengacu pada OPEC.

Federal Reserve AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 22 Maret meskipun gejolak sektor perbankan baru-baru ini, menurut sebagian besar ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Namun, beberapa eksekutif meminta bank sentral untuk menghentikan sementara pengetatan kebijakan moneternya untuk saat ini, tetapi siap untuk melanjutkan kenaikan suku bunga nanti. Perlambatan kenaikan suku bunga dapat menekan the greenback, membuat komoditas berdenominasi dolar seperti minyak mentah lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

"The Fed AS akan menjadi institusi paling penting untuk diperhatikan minggu ini," kata analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar dalam sebuah catatan.

Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.624,1 di Akhir Sesi Pertama, Sektor Teknologi Tertekan Paling Dalam

"Kita akan melihat bagaimana mereka mempertimbangkan risiko stabilitas keuangan dengan menahan inflasi."

Komite menteri OPEC dan sekutu produsen termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada 3 April, dengan pertemuan tingkat menteri penuh direncanakan pada 4 Juni. Organisasi tersebut telah sepakat pada Oktober untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari. hingga akhir tahun 2023.

Secara terpisah, Goldman Sachs memangkas perkiraan untuk minyak mentah Brent setelah harga anjlok karena kekhawatiran perbankan dan resesi. Bank investasi sekarang mengharapkan Brent rata-rata $94 per barel dalam 12 bulan ke depan, dan $97 pada paruh kedua tahun 2024, turun dari $100 sebelumnya.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×