Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak membuat keuntungan moderat pada awal perdagangan pada hari Jumat tetapi menuju koreksi untuk minggu kedua berturut-turut. Hal tersebut terjadi saat pasar mencari lebih banyak tanda-tanda pemulihan yang kuat dalam permintaan bahan bakar di China untuk mengimbangi kemerosotan yang menjulang di perekonomian besar lainnya.
Jumat (3/2), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2023 naik 16 sen, atau 0,2% ke US$ 82,33 per barel.
Sementara, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2023 naik 18 sen, atau 0,2%, menjadi US$ 76,06 per barel.
Sejauh minggu ini, Brent telah turun 4,8%, memperpanjang penurunan 1,1% dari minggu sebelumnya. WTI juga sudah melemah 4,5% setelah meluncur 2% di pekan sebelumnya.
Berbagai tanda pemulihan permintaan bahan bakar di China, importir minyak utama dunia, telah membatasi pasar.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis, Batasan Produk dari Rusia Menopang Harga
Analis ANZ menunjuk lonjakan tajam dalam lalu lintas di 15 kota terbesar China setelah liburan Tahun Baru Imlek, tetapi juga mencatat bahwa pedagang China "relatif absen" dari pasar.
Prospek pemulihan ekonomi di China setelah pembatasan COVID-19 mereda telah mendukung pasar minyak sepanjang tahun ini, bersama dengan dolar yang lebih lemah yang membuat komoditas lebih murah bagi mereka yang memegang mata uang lain.
Dolar AS juga telah jatuh karena kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve AS tidak lagi diharapkan. Sedangkan ekonomi utama lainnya melanjutkan dengan kenaikan suku bunga yang lebih besar bahkan ketika inflasi mereda.
Sementara didukung oleh the greenback yang lebih lemah, keuntungan minyak dibatasi oleh prospek pertumbuhan yang lambat di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia, dan resesi di tempat-tempat termasuk Inggris, Eropa, Jepang dan Kanada.
"Prospek permintaan minyak mentah memerlukan tanda yang jelas bahwa pembukaan kembali China akan mulus, dan momentum pertumbuhan ekonomi AS tidak memburuk dengan cepat," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.