Sumber: Bloomberg | Editor: Didi Rhoseno Ardi
SINGAPURA. Minyak mentah diperdagangkan mendekati US$ 44 per barel setelah kembali pulih untuk yang pertama kalinya. Spekulasi yang muncul adalah rencana stimulus untuk menyurung pertumbuhan ekonomi akan nantinya akan memunculkan permintaan terhadap bahan baku.
Tak cuma itu saja. Komoditi, termasuk minyak, tembaga dan jagung, juga ikut menanjak setelah presiden terpilih Barack Obama membeberkan rencananya untuk memulihkan perekonomian AS dengan membuat program infrastruktur yang paling besar sepanjang setengah abad ini.
Mark Pervan, senior commodity strategist untuk Australia & New Zealand Banking Group Ltd. di Melbourne mengatakan, “Harga minyak telah terjual dengan laris beberapa bulan terakhir ini, karenanya mereka akan membayar lebih untuk berita-berita yang lebih positif.”
Minyak mentah untuk pengiriman Januari sebesar US$ 43,90 per barel, naik tipis 19 sen pada pukul 11.01 waktu Singapura di New York Mercantile Exchange. Kemarin, kontrak berjangka melonjak US$ 2,90, atau 7,1% menjadi US$ 43,71 per barel. Harga-harga telah tergelincir sebesar 70% sejak menyentuh rekornya US$ 147,27 pada bulan Juli lalu.
Arab Saudi sebagai eksportir terbesar minyak mentah, rupanya tak menaati kuota yang telah ditetapkan oleh OPEC. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bloomberg News, produsen minyak ini memproduksi 107% dari kuota OPEC. Angka ini lebih besar dari Kuwait, Iran, Venezuela dan United Arab Emirates.
“Pemangkasan dasar adalah sebesar 2 juta barel. Saya tidak berpikir bahwa ini akan mengejutkan banyak pihak. Jadi, jika mereka ingin membuat pasar menjadi shock, maka penciutan 3 juta barel rasanya cukup,” kata Pervan dari ANZ.
Arab Saudi sudah mulai untuk memapras ekspor minyaknya. Perusahaan minyak milik negara Saudi Aramco akan mengurangi pengiriman untuk kilang minyak di Jepang termasuk Nippon Oil Corp., Idemitsu Kosan Co. dan Cosmo Oil Co. sekitar 7-10% di bulan Januari dari level yang telah disepakati pada kontrak tahunan. Hal ini ditegaskan oleh staf dari kilang minyak yang menerima pesan dari Saudi Aramco.
Minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Januari sebesar US$ 43,54 per barel, naik tipis 12 sen di ICE Futures Europe exchange London pada pukul 11.00 waktu Singapura. Kontrak minyak kemarin mumbul tipis US$ 3,68, atau 9,3% menjadi US$ 43,42 per barel.
Minggu lalu harga minyak tersungkur, paling besar sejak tahun 1991. Bahkan harga logal pun juga terpeleset setelah muncul data yang menunjukkan bahwa resesi akan menjadi lebih buruk. Lebih dari itu, sebanyak 533 ribu orang harus kehilangan pekerjaannya dan menggiring pengangguran di AS sepanjang tahun 2008 menjadi 1,91 juta orang.
Kontrak berjangka logam untuk pengiriman Maret menanjak tipis 1 sen atau 0,7% menjadi US$ 1,5080 per pound di Comex division Nymex. Sementara itu kontrak berjangka untuk jagung untuk pengiriman Maret juga mumbul tipis 20,75 sen atau 6,7% menjadi US$ 3,30 per bushel kemarin di Chicago Board of Trade.