kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   0,00   0,00%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga Minyak Tertekan di Tengah Kekhawatiran Berkurangnya Permintaan AS dan China


Senin, 13 November 2023 / 11:23 WIB
Harga Minyak Tertekan di Tengah Kekhawatiran Berkurangnya Permintaan AS dan China
ILUSTRASI. Pompa minyak IPC Petroleum France terlihat saat matahari terbenam di luar Soudron, dekat Reims, Prancis, 24 Agustus 2022. Harga Minyak Tertekan di Tengah Kekhawatiran Berkurangnya Permintaan AS dan China


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mengalami penurunan pada hari Senin (13/11) setelah sebelumnya mengalami kenaikan pada hari Jumat (10/11). Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran terkait berkurangnya permintaan minyak di Amerika Serikat (AS) dan China, yang mengurangi sentimen pasar.

Minyak mentah Brent untuk bulan Januari mengalami penurunan sebesar 0,4%, atau 35 sen, menjadi US$ 81,08 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk bulan Desember turun 0,5%, atau 35 sen, menjadi US$ 76,82 per barel.

Meskipun harga kedua minyak acuan tersebut naik hampir 2% pada Jumat setelah Irak menyatakan dukungan terhadap pengurangan pasokan minyak oleh OPEC+, namun terjadi penurunan sekitar 4% dalam satu minggu, mencatat penurunan mingguan ketiga sejak bulan Mei.

Baca Juga: Strategi Investasi Agung Wisnuaji, Tertarik Pada Duet Saham dan Olein

Hiroyuki Kikukawa, Presiden NS Trading, menyatakan bahwa investor lebih fokus pada perlambatan permintaan di Amerika Serikat dan Tiongkok. Kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan akibat konflik Israel-Hamas tampaknya telah mereda.

Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa produksi minyak mentah di Amerika Serikat tahun ini diperkirakan akan naik sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, sementara permintaan akan turun. 

Data ekonomi Tiongkok yang lemah juga meningkatkan kekhawatiran akan penurunan permintaan, dengan pabrik penyulingan di Tiongkok memesan lebih sedikit pasokan dari Arab Saudi untuk bulan Desember.

Meskipun demikian, Kikukawa menyatakan bahwa harga minyak bisa mendapatkan dukungan jika harga WTI mendekati US$ 75 per barel. 

Dia menambahkan bahwa dalam kondisi pasar yang semakin lesu, kemungkinan besar akan ada dukungan pembelian karena harapan bahwa Arab Saudi dan Rusia akan memutuskan untuk melanjutkan pengurangan pasokan secara sukarela setelah bulan Desember.

Baca Juga: Minyak Bisa Kembali ke Atas US$ 80 Per Barel di Akhir Tahun

Eksportir minyak utama, Arab Saudi dan Rusia, telah mengonfirmasi niat mereka untuk melanjutkan pengurangan produksi minyak tambahan secara sukarela hingga akhir tahun, mempertimbangkan kekhawatiran terhadap permintaan dan pertumbuhan ekonomi yang terus melanda pasar minyak mentah. OPEC+ dijadwalkan akan bertemu pada 26 November.

Sementara itu, di sisi pasokan, perusahaan-perusahaan energi AS telah memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi selama dua minggu berturut-turut, mencapai level terendah sejak Januari 2022, menurut laporan perusahaan jasa energi Baker Hughes. Jumlah rig ini dianggap sebagai indikator produksi di masa depan.



TERBARU

[X]
×