Sumber: Bloomberg | Editor: Dikky Setiawan
NEW YORK. Harga tembaga mulai jatuh akibat munculnya kekhawatiran di pasar bahwa reli harga tembaga yang sudah mencapai harga tertinggi dalam 10 bulan belakangan ini terlalu dibesar-besarkan. "Kami belum melihat bukti meyakinkan, harga tembaga akan kembali tumbuh," kata Alex Heath, Kepala Perdagangan Industri Logam RBC Capital Markets di London.
Harga tembaga untuk pengiriman September jatuh 1,5 sen, atau turun 0,5% menjadi US$ 2,7705 per pound di Comex New York Mercantile Exchange. Padahal sebelumnya, harga logam ini pernah menyentuh US$ 2,8465, harga kontrak tertinggi sejak 1 Oktober 2008.
Pada Bulan Juni lalu, pesanan tembaga dari produsen mesin Jepang meningkat 9,7% dibandingkan pesanan mereka di bulan Mei. Peningkatan ini pertama kalinya terjadi setelah empat bulan belakangan terus terpuruk. Sedangkan di Prancis, produksi industri naik lebih dari yang diharapkan. Goldman Sachs Group Inc. pun menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini.
Akibatnya harga tembaga melambung sampai dua kali lipat di tahun 2009, gara-gara spekulasi masa terburuk dari resesi global sudah berlalu. "Anda mempunyai banyak orang yang mempunyai pemikiran permintaan tembaga akan terus naik. Terutama dari China, karena ekonomi global mulai kembali berkembang," kata Frank McGhee, kepala dealer Perusahaan Jasa Layanan Broker LLC di Chicago.
Tapi nyatanya penurunan permintaan terjadi secara global, kecuali dari China. Menurut Goldman Sachs JBWere, hal ini sudah membuat reli kenaikan harga tembaga terancam. “Harga produk-produk metal telah lari terlalu jauh dan cepat dari koreksi yang seharusnya. Baik dilihat dari kondisi fundamental maupun outlook jangka pendeknya,” ungkap riset Goldman Sachs JBWere.